Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa dari Kampung Rufei Papua, Kehidupan Layak Siapapun Presidennya...

Kompas.com - 18/01/2024, 21:11 WIB
Singgih Wiryono,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

SORONG, KOMPAS.com - Suara decit papan kayu terdengar dimana-mana, jembatan penghubung, rumah dan dinding rumah-rumah yang dibangun menggunakan kayu papan di atas rawa air payau dengan penuh sampah di bawahnya.

Rumah-rumah ini disebut Kampung Rufei, kampung yang dihuni oleh tiga suku Imeko yakni Inanwatan, Metemani dan Kokoda di Kota Sorong, Papua Barat Daya.

Awalnya kami mengira, kampung yang dibuat di atas tanah rawa itu memang sengaja dibuat sebagai salah satu bentuk kebudayaan dan cara tinggal suku tertentu.

Namun ternyata tidak, mereka berada di tempat itu karena terpaksa.

 

Penduduk Kampung Rufei awalnya adalah penduduk yang bermukim di lahan tempat pembangunan pasar modern Rufei.

Baca juga: Kisah Warga Berbagi Rumah dengan 29 Pengungsi Lewotobi

Mereka kemudian tergusur, diminta hengkang dari tanah yang puluhan tahun mereka tempati dengan uang ganti rugi sebesar Rp 2 juta.

Setidaknya itu pengakuan salah satu warga yang terus-menerus mengucapkan harapannya agar pemerintah membuatkan mereka rumah yang layak.

Rumah yang kini mereka tempati tak bisa disebut layak, bahkan lebih mirip tempat pengungsian sementara. Satu rumah bisa dihuni oleh tiga sampai empat keluarga.

Dindingnya tak rapat, sesekali terlihat tangan kecil anak-anak mereka mengeluarkan sampah sisa makanan dari dinding yang terlihat lapuk dimakan waktu.

Mereka terpaksa tinggal di tempat itu sejak 2003, uang ganti rugi yang minim tak bisa diharapkan untuk membeli lahan. Mereka akhirnya membangun rumah panggung ini di lahan orang, untuk meneruskan hidup mereka.

Baca juga: Korban Gusuran Pindah ke Rusun Marunda Membawa Harapan, Kini Dihadapkan Krisis Air Berkepanjangan

Kondisi Rumah Warga Kampung Rufei, Sorong, Papua Barat Daya yang dihuni oleh 3-5 keluarga, diambil pada Selasa (15/1/2024).KOMPAS.com/SINGGIH WIRYONO Kondisi Rumah Warga Kampung Rufei, Sorong, Papua Barat Daya yang dihuni oleh 3-5 keluarga, diambil pada Selasa (15/1/2024).

"(Tempat) kita tinggal ini tidak bisa miliki karena ini perusahaan minyak punya tempat, jadi tidak bisa bangun rumah sembarang, harus izin baru kita kasih (membuat) rumah. Dari tahun 2003 (tergusur) karena pasar mau bangun jadi kita pindah, (ganti rugi) satu rumah cuma dikasih dua juga," kata Keturamudai saat ditemui Selasa (16/1/2024) lalu.

"Padahal dulu (kami punya) rumah, kami pindah di sini kita tidak dapat rumah. Yang lain dapat bantuan kita ini bagaimana?" katanya lagi.

Air bersih yang sulit ditemui

Pantauan Kompas.com, rumah-rumah panggung berdinding papan tipis, berpintu kayu, kadang tak berjendela, kadang jendela hanya ditutup kain. Atap seng terlihat sudah banyak berkarat.

Beberapa rumah juga terlihat sudah lapuk, tak berpenghuni. Toilet tempat mereka buang hajat juga dibuat seperti rumah panggung. Septik tanknya tak ditanam, terlihat tabung besar berwarna oranye yang pipanya mengarah ke rawa tempat rumah warga dibangun.

Sesekali anak kecil terlihat mencari ikan di rawa itu, bergelut bersama lumpur, limbah dan sampah sisa makanan yang dibuang begitu saja dari tembok-tembok bolong rumah warga.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Pakar: PDN Selevel Amazon, Tapi Pengamanannya Selevel Warnet

Pakar: PDN Selevel Amazon, Tapi Pengamanannya Selevel Warnet

Nasional
Sepekan Pemulangan Jemaah Haji, Lebih 50 Persen Penerbangan Garuda Alami Keterlambatan

Sepekan Pemulangan Jemaah Haji, Lebih 50 Persen Penerbangan Garuda Alami Keterlambatan

Nasional
PAN Resmi Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju Pilkada Sulteng

PAN Resmi Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Sesalkan Tak Ada Pihak Bertanggung Jawab Penuh atas Peretasan PDN, Anggota DPR: Ini Soal Mental Penjabat Kita...

Sesalkan Tak Ada Pihak Bertanggung Jawab Penuh atas Peretasan PDN, Anggota DPR: Ini Soal Mental Penjabat Kita...

Nasional
Data Kementerian Harus Masuk PDN tapi Tak Ada 'Back Up', Komisi I DPR: Konyol Luar Biasa

Data Kementerian Harus Masuk PDN tapi Tak Ada "Back Up", Komisi I DPR: Konyol Luar Biasa

Nasional
Sebut Buku Partai yang Disita KPK Berisi Arahan Megawati, Adian: Boleh Enggak Kita Waspada?

Sebut Buku Partai yang Disita KPK Berisi Arahan Megawati, Adian: Boleh Enggak Kita Waspada?

Nasional
“Saya kan Menteri...”

“Saya kan Menteri...”

Nasional
Zulhas Sempat Kecewa PAN Hanya Dapat 48 Kursi DPR RI pada Pemilu 2024

Zulhas Sempat Kecewa PAN Hanya Dapat 48 Kursi DPR RI pada Pemilu 2024

Nasional
Politikus PDI-P Ingatkan Pemerintah Hati-hati dalam Penegakan Hukum

Politikus PDI-P Ingatkan Pemerintah Hati-hati dalam Penegakan Hukum

Nasional
Zulhas Ngaku Sudah Serap Ilmu Jokowi, Targetkan PAN Minimal Posisi 4 di Pemilu 2029

Zulhas Ngaku Sudah Serap Ilmu Jokowi, Targetkan PAN Minimal Posisi 4 di Pemilu 2029

Nasional
Politikus PDI-P Nilai Pemeriksaan Hasto Erat dengan Politik Hukum, Anggap Kasus Harun Masiku Musiman

Politikus PDI-P Nilai Pemeriksaan Hasto Erat dengan Politik Hukum, Anggap Kasus Harun Masiku Musiman

Nasional
Soal Peluang Usung Anies pada Pilkada Jakarta, PDI-P dan PKB Masih Mengkaji

Soal Peluang Usung Anies pada Pilkada Jakarta, PDI-P dan PKB Masih Mengkaji

Nasional
Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Nasional
Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Nasional
Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com