"Saya menerima permintaan Pak Amien untuk menjadi sekjen. Meski bukan politisi murni, saya yakin ketika Pak Amien memberi mandat tersebut, beliau sudah menimbang secara matang bahwa saya mampu menjalankan peran tersebut. Saya pun bersemangat," tutur Eddy.
Untuk diketahui, pria berdarah Medan-Cirebon itu mengawali karier profesionalnya di Jardine Fleming & Co. Ltd. Lima tahun bekerja di Jardine Fleming & Co. Ltd, Eddy dipercaya menjabat sebagai Capital Markets Manager.
Pada 1993, Eddy dipercaya sebagai Senior Manager and Head of Corporate Finance Credit di Lyonnais Indonesia hingga 1996.
Dikenal sebagai sosok cerdas, tak heran karier Eddy terus menanjak. Ia pun didapuk sebagai Director Corporate Finance and Advisory American Express Bank Ltd pada 1996 hingga 1999.
Baca juga: Ketua Repnas: Pilpres Satu Putaran Berdampak Positif bagi Perekonomian Indonesia
Selanjutnya, ia berkesempatan menjabat sebagai Director and Head of Energy Indonesia di ABN Amro Bank sejak 2000 hingga 2004. Pada tahun berikutnya, Eddy berkiprah bersama The Hongkong and Shanghai Bankin Corporation (HSBC) sebagai Director South East Asia Global Investment Banking.
Ia pun dipercaya menangani bidang investment banking HSBC di Indonesia, Malaysia, dan Thailand selama satu tahun hingga 2005. Tak cukup di situ, Eddy melebarkan sayap sebagai bankir di Merrill Lynch sebagai Director Investment Banking Group Asia Pacific pada 2005 hingga 2008.
Setelah 20 tahun berkarier di dunia perbankan, Eddy terjun ke sektor riil bergabung dengan Bakrie Group, yaitu di PT Bakrie Indo Infrastructure sebagai Finance Director & CFO sejak 2009 hingga 2015. Eddy juga dipercaya sebagai Penasihat PT Bakrie & brothers Tbk sejak 2015 hingga 2018.
Eddy mengungkapkan, ketika bekerja di perusahaan terbuka serta mendapat promosi jabatan, yang menentukan adalah pimpinan perusahaan serta pemegang saham publik yang jumlahnya ratusan.
Baca juga: Partai Politik Peserta Pemilu di Indonesia dari Masa ke Masa
“Saya pun berpikir bagaimana rasanya dipilih oleh ribuan orang? Akhirnya, pada 2019 saya memutuskan terjun sebagai calon anggota legislatif (caleg). Alhamdulillah, terpilih mewakili daerah pemilihan (dapil) Kota Bogor dan Kabupaten Cianjur,” kenang Eddy.
Eddy pun mengaku langkah dirinya banting setir ke politik dari sektor perbankan yang sudah membesarkan dirinya bukan perkara mudah. Pasalnya, kultur partai politik dan sektor riil berbeda signifikan.
Meski begitu, Eddy mengaku tak pernah merasa terbebani dengan perubahan kultur yang begitu drastis.
“Sebaliknya, (saya) malah menikmati sekali. Menikmati bagaimana? Karena di DPR kami kan membuat kebijakan yang dapat memberi dampak langsung untuk masyarakat banyak. Ini merupakan kepuasan tersendiri yang tak dapat terkatakan bisa membantu masyarakat,” kata Eddy.
Baca juga: Peran Partai Politik dalam Pemilu
Adapun Kabupaten Cianjur bagian selatan (kawasan pesisir selatan), menurut Eddy, tergolong relatif terbelakang.
Setiap kali ia bertandang ke Cianjur, dalam sehari, listrik padam sebanyak empat sampai lima kali, terutama pada jam-jam di mana orang banyak menggunakan listrik.
“Artinya apa? Pasokan listrik di sana kurang. Saya di Komisi VII di bidang energi. Salah satu mitra saya adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN). Saya duduk bersama direksi PLN untuk merumuskan percepatan penyaluran listrik dari Jawa Barat di Pelabuhan Ratu ke daerah Cianjur Selatan,” ungkapnya.