Anggota Dewan Energi Nasional Satya Widya Yudha menjelaskan tentang ketahanan energi Indonesia dalam menghadapi perubahan Iklim.
Menurutnya, ada empat indikator ketahanan energi Indonesia, yaitu availability, accessibility, affordability, dan acceptability.
Ia mengatakan, dalam pembaruan kebijakan energi nasional terdapat grand strategy untuk tetap menjaga ketahanan energi dalam transisi energi, yaitu memaksimalkan energi terbarukan dan meminimalkan penggunaan fosil (batubara dan gasoline).
Baca juga: Jamin Ketersediaan Energi, Pertamina Bentuk Satgas Natal dan Tahun Baru 2024
Untuk diketahui, pada Pertamina Energy Forum (PEF) 2023, Pertamina juga meluncurkan Pertamina Energy Outlook 2023 dengan tema "Navigating Indonesia's Energy Transition: Climate Related Risk & Opportunity”.
Pada peluncuran tersebut, Senior Vice President (VP) Strategy and Investment Pertamina, Henricus Herwin menyampaikan bahwa outlook energi Pertamina akan mengembangkan tiga skenario, yaitu ordinary state, appropriate sustainability, dan economic renaissance.
Pengembangan tiga skenario itu untuk memperhitungkan ketidakpastian tingkat pertumbuhan ekonomi dan laju transisi energi.
Ordinary state sendiri merupakan skenario pada kondisi pertumbuhan ekonomi tidak terlalu jauh dari tren historis masa lalu Indonesia. Pada skenario ini masih dibutuhkan perubahan struktural untuk bisa meningkatkan statusnya dari negara berpendapatan menengah.
Selanjutnya appropriate sustainability adalah skenario Indonesia tetap meneruskan komitmen untuk melakukan transisi energi dengan implementasi energi hijau dan transisi energi yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Terakhir, skenario economic renaissance, ketika Indonesia berhasil menjadi negara berpendapatan tinggi dengan PDB tinggi sehingga berpengaruh terhadap permintaan energi dan mendapat dukungan terobosan teknologi yang mampu menurunkan emisi secara signifikan.
Baca juga: Bauran EBT Baru Capai 25 Persen pada 2050
Ketiga skenario tersebut dibangun berdasarkan tingkatannya, yakni economic renaissance masuk ke dalam high scenario. Sedangkan ordinary state dan appropriate sustainability masuk dalam low scenario.
Outlook energi Pertamina juga memperhitungkan implikasi bauran energi Indonesia jelang tahun 2060, seperti pengembangan batu bara, minyak, gas dan energi terbarukan (EBT).
Senada dengan Henricus, VP Pertamina Energy Institute Hery Haerudin memaparkan outlook energi Pertamina terkait model roadmap transportasi, seperti EV, biofuel dan bahan bakar gas.
Ada pula campuran gas di sektor ketenagalistrikan, karena gas mengeluarkan CO2 yang lebih sedikit.
Pertamina juga melakukan bauran energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan, seperti tenaga surya dan nuklir, serta potensi energi angin.
Selain itu, Pertamina juga menjalankan carbon capture storage atau carbon capture utilization and storage.
Pertamina Energy Outlook 2023 memberikan gambaran kuantitatif beberapa skenario kebutuhan energi Indonesia di masa depan serta emisi karbon hingga tahun 2060. Semua ini didasarkan pada tren makroekonomi dan visi pemerintah serta dunia usaha.
Pertamina Energy Outlook 2023 diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan, dan dapat memberikan kontribusi positif kepada pengambil kebijakan, pemangku kepentingan dunia usaha, investor, peneliti dan pemerhati bidang energi mengenai berbagai kemungkinan dan peluang pengembangan energi Indonesia di masa depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.