Marcella menilai bahwa upaya percepatan dan pencegahan stunting di Indonesia memerlukan kerja sama lintas institusi.Pasalnya, stunting merupakan persoalan kompleks sehingga membutuhkan penanganan secara holistik.
Baca juga: Balai RW Bakal Jadi Sentra Layanan, Laila Mufidah: Efektif Atasi Stunting hingga ke Akar-Akarnya
"Kita tidak bisa sendiri. Karena itu, diharapkan (ada) keterlibatan badan usaha milik negara (BUMN) dalam mendukung suplai makanan sehat hingga benar-benar sampai kepada keluarga sasaran atau keluarga tidak mampu," ujar Marcella dalam acara bertema Percepatan Penurunan Stunting Menuju Generasi Emas 2045.
Ia juga berharap agar setiap keluarga di Indonesia memiliki anak-anak yang sehat. Untuk itu, setiap ibu diharapkan untuk menatalaksana diri sehingga mampu melahirkan anak-anak yang sehat.
"Bila ibu stres, atau bapak tidak bisa memberi makanan yang bergizi kepada istri dan anak-anaknya, maka ini akan memengaruhi pertumbuhan janin. Sehingga si ibu berpotensi melahirkan generasi stunting," ujarnya.
Oleh karena itu, Marcella meminta BKKBN dan mitra kerjanya untuk terus melakukan kampanye dan sosialisasi tentang stunting, fokus pada pencegahan munculnya kasus stunting baru, serta menyampaikan pengetahuan terkait bahaya dan ancaman stunting bagi keluarga dan bangsa.
Baca juga: Ganjar Kenakan Sepatu Karya Anak Bangsa Saat Debat Capres
Pada kesempatan yang sama, Deputi Advokasi, Penggerakkan, Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso selaku pembicara acara tersebut menilai televisi memiliki peran penting dalam membangun kesadaran dan mengubah pola pikir masyarakat terkait stunting.
Sementara itu, Deputi Bidang Administrasi Sekretariat Wakil Presiden (Wapres) Suprayoga Hadi yang juga menjadi pembicara mengatakan, perubahan perilaku masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah stunting.
Menurutnya, salah satu media yang efektif pencegahan stunting adalah medsos yang memiliki jumlah pengguna sangat besar.
Ia menegaskan bahwa bioskop tidak efektif untuk sosialisasi pencegahan stunting, mengingat jarangnya masyarakat pedesaan yang mengunjungi bioskop.
Baca juga: Film Budi Pekerti Pamit dari Bioskop dengan 579.478 Penonton
"Sebelum film diputar, iklan stunting bisa saja tayang dulu. Akan tetapi, bioskop sangat jarang dikunjungi masyarakat pedesaan. Jadi, kurang efektif," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, fokus harus dipusatkan pada perubahan perilaku melalui media yang terbukti efektif.
Sebagai informasi, dalam acara tersebut hadir Direktur Utama (Dirut) LPP RRI Hendrasmo serta jajaran RRI, Ketua IJTI Herik Kurniawan, Direktur Lanjut Usia (Lansia) BKKBN, Direktur Direktorat Advokasi dan Hubungan Antar Lembaga (Ditvoga), dan jajaran BKKBN.
Dalam kegiatan tersebut, BKKBN juga mengumumkan lomba Jurnalistik Televisi dengan tema "Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting".
Baca juga: Tak Hanya Soal Air Bersih, Heru Budi Juga Minta PAM Jaya Tangani Kasus Stunting di DKI
Setelah melalui tahapan seleksi yang ketat, dewan juri lomba menetapkan Lukman Rozak dari CNN sebagai peraih Juara I Lomba Karya Jurnalisme TV 2023 lewat tayangannya yang berjudul "Sentuhan Kasih Ibu Pencegah Stunting".
Pemenang kedua adalah Azzy Fardiansyah dari Kompas TV, yang membawakan tayangan berjudul "Manfaatkan Pangan Lokal untuk Cegah Stunting".