BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menilai bahwa keluhan warga soal kelangkaan BBM yang ia temui sejak mengawali kampanye di Merauke, Papua Selatan, 28 November lalu, merupakan indikasi kedaruratan.
Kepada wartawan di Balikpapan, Kalimantan Timur, ia mengaku telah mendengar keluhan tersebut selama berkunjung ke Papua, NTT, dan teranyar ke Balikpapan.
"Ya sama sebenarnya, kita melihat distribusinya bermasalah, maka kita juga musti membereskan itu," kata Ganjar, Selasa (5/12/2023).
Baca juga: Ganjar Anggap Cara Ini Bisa Kontrol Harga Sembako dari Hulu ke Hilir
Ia mengaku yakin Pertamina selaku BUMN dapat membereskan masalah ini. Namun pada saat yang sama, Ganjar juga menyoroti persoalan produksi BBM.
"Apakah produksinya selama ini mencukupi? Kalau tidak mecukupi, segera dibuat tindakan-tindakan alternatif," ujar dia.
"Tapi kalau kita melihat kondisi ini, mestinya sudah masuk ke dalam sebuah kedaruratan," tambah Ganjar.
Eks Gubernur Jawa Tengah itu beranggapan bahwa pemerintah mesti turun tangan melakukan intervensi atas situasi ini.
Baca juga: Terima Keluhan Tukang Ojek, Ganjar Soroti Antrean Panjang SPBU di Balikpapan
Ia juga menyoroti situasi ironis di Balikpapan yang notabene salah satu kota utama penghasil minyak di Indonesia.
"Balikpapan ini penghasil minyak. Makanya daerah-daerah penghasil yang produksinya ada di situ mesti mendapatkan prioritas," kata Ganjar.
"Setidaknya kawan-kawan kita yang bisnisnya, profesinya, sebagai tukang ojek, bisa mendapatkan akses yang mudah. Ini yang kecil mesti kita bela," pungkasnya.
Dalam lawatannya ke Balikpapan, seorang tukang ojek, Muhammad Rahib (50), menyampaikan keluhan soal kelangkaan BBM kepada Ganjar sewaktu politikus PDI-P itu blusukan ke Pasar Baru Klandasan Ilir, Balikpapan, Selass (5/12/2023). Keduanya duduk bareng di kursi kayu.
Baca juga: Ganjar Anggap Pemerintah Harus Kendalikan Harga Komoditas yang Naik Tiap Akhir Tahun
"BBM tuh antre, Pak, antre," kata Rahib.
Ia mengatakan, antrean panjang itu membuat tukang ojek sepertinya harus menanti giliran isi bensin hingga 20 menit. Hal ini juga menimbulkan kemacetan panjang pada pagi-siang hari.
"Aneh kan, sebenarnya di sini itu pabriknya minyak, lah kok beli BBM, beli bensin, beli Pertalite, kok ngantri panjang," ujar dia dengan bahasa Jawa.
Ganjar kemudian bingung. Rahib menegaskan, ini merupakan kali pertamanya mengadukan masalah itu kepada pejabat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.