Hal itu berarti politik tanpa sejarah tidak memiliki akar; sejarah tanpa politik tidak akan membuahkan hasil.
“Sejarah akhirnya hanya menjadi semata-mata tanggal dan almanak. Tapi politik dan ilmu politik yang tidak memberi tempat pada sejarah akhirnya tidak punya angka,” kata dia.
Jurnalis senior itu mengaku, baginya politik tanpa kesadaran sejarah bukanlah tindakan politis.
Ketika ia datang ke bilik suara tanpa memiliki kesadaran politik, misalnya, maka ia merasa tindakan tersebut hanya aktivitas sehari-hari.
“Politik Indonesia hari ini sangat membutuhkan kesadaran historis. Tanpa itu kita akan larut pada apa yang tadi saya bilang, politik ‘selepet’, ‘hunger games’, dan ‘gemoy’,” ujar Zen.
Gimik politik dan catatan masa lalu capres
Bicara soal masa lalu, ketiga calon presiden yang kini bertarung di Pilpres 2024 dinilai sama-sama punya noda hitam yang tak begitu saja bisa dihapuskan dengan gimik-gimik politik.
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan misalnya, kerap mendapat stigma politik identitas.
Banyak pihak menganggap Anies diuntungkan politik identitas yang terjadi pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 lalu.
Namun, hal itu dibantah partai pengusungnya.
Belakangan Anies dan pendampingnya, Muhaimin Iskandar, ramai dibicarakan karena aksi selepet sarung.
Dalam video yang diunggah Anies di media sosial, Muhaimin menjelaskan fungsi sarung. Diantaranya untuk menyelepet (mencambuk).
Muhaimin pun menyelepet sarung itu ke Anies dan keduanya sontak tertawa.
Baca juga: Tertawa Saat Pecut Anies Pakai Sarung, Cak Imin: Mumpung Belum Jadi Presiden
Sementara itu, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto kerap dikaitkan dengan kasus pelanggaran HAM masa lalu. Mantan Danjen Kopassus itu disebut berhubungan dengan penculikan aktivis 1998.
Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo menyebut kasus yang menyeret kakaknya itu sudah sering dibahas namun tidak terbukti.