JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menanggapi soal Presiden Joko Widodo yang sering menegaskan netralitas dalam pemilihan umum (pemilu) tetapi juga kerap melemparkan kode terkait bakal calon presiden (capres) tertentu.
"Ya tanya Beliau. Karena Beliau suka begitu. Dulu waktu di pertemuan Projo di Magelang kan juga begitu. Itu ya simbol-simbol itu selalu dimunculkan. Waktu di Magelang kan dulu begitu," ujar Moeldoko saat memberikan keterangan pers di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Saat ditanya lebih lanjut soal penggunaan simbol atau kode yang bisa dinilai sebagai bentuk tidak netralnya Presiden Jokowi, Moeldoko menyebut tergantung pihak yang mengartikan.
"Ya kadang-kadang tergantung yang mengartikan," tutur Moeldoko.
Baca juga: Kantor DPC PDI-P Solo Didatangi Polisi, Moeldoko Bantah Ada Intervensi Aparat
Lebih lanjut Moeldoko mengungkapkan, Jokowi kerap berbicara dengannya dan membahas soal netralitas.
Dalam pembicaraan tersebut, Presiden menegaskan dirinya netral dalam pemilu kali ini.
"Ya sepanjang yang saya tahu beberapa kali beliau berbicara dengan saya dan saya juga lapor kepada Beliau. Bahwa 'Pak saya dalam posisi yang netral dalam pemilu kali ini'," ujar Moeldoko menirukan perkataan Presiden.
"Presiden selalu mengatakan begitu, posisinya seperti itu. Jadi tolong ini dipahami secara utuh karena kalau enggak, nanti selalu mengartikan bahwa pemerintah atau Presiden tidak netral," ucap dia.
Baru-baru ini, Presiden Jokowi menyinggung nama Prabowo Subianto setelah menjelaskan soal kepemimpinan yang kuat bagi Indonesia.
Hal itu disampaikan Presiden saat memberikan sambutan pada acara Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang digelar di Jakarta Timur pada Selasa (7/11/2023).
Baca juga: Saat Jokowi Sebut Nama Prabowo Usai Jelaskan Soal Kepemimpinan Nasional yang Kuat...
Mula-mula, Presiden mengatakan, seluruh masyarakat, tak terkecuali LDII harus tetap semangat membangun bangsa.
Sebab, ke depannya Indonesia akan menghadapi banyak tantangan.
"Oleh sebab itu sering saya sampaikan 2024, 2029, 2034 ini adalah momentum yang sangat menentukan Indonesia bisa melompat maju atau tidak," tutur Jokowi.
"Sehingga dibutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat, persatuan yang kuat, kekompakan yang kuat. Tanpa itu, tadi tantangan yang kita hadapi tidak mudah," kata dia.
Presiden menjelaskan, salah satu bentuk tantangan global adalah ketidakpastian kondisi ekonomi dunia.
Baca juga: Jokowi di Antara Ujian Netralitas dan Keinginan Cawe-cawe Pilpres 2024