Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribut di Pemda gara-gara PLTSa dan Solusi “Bisnis Ajaib” Stranas PK

Kompas.com - 08/11/2023, 11:44 WIB
Syakirun Ni'am,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

“Jadi dia ini investornya sangat untung. Jual ke PLN untung, beli dari Pemda sampahnya dibakar untung,” tutur Niken.

Solusi Stranas PK

Merespons situasi inim Stranas PK kemudian menawarkan solusi yang masuk akal dan tidak merugikan salah satu pihak.

Niken mengatakan, Stranas PK mengajak pemerintah daerah untuk mengolah sampah menjadi briket (blok bahan yang bisa dibakar).

Stranas PK telah berkomunikasi dengan PLN. Perusahaan Listrik Negara itu menyatakan siap membeli briket produksi pemerintah daerah.

Baca juga: PLTSa Putri Cempo, Menanti Teknologi Baru Pengelolaan Sampah Kota Solo

Koordinator Pelaksana Stranas PK sekalgus Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan (baju putih tengah) menemui sejumlah perwakilan pemerintah daerah terkait pengelolaan sampah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang dinilai membebani APBD di gedung ACLC KPK, Jakarta Selatan, Senin (6/11/2023).KOMPAS.com/Syakirun Ni'am Koordinator Pelaksana Stranas PK sekalgus Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan (baju putih tengah) menemui sejumlah perwakilan pemerintah daerah terkait pengelolaan sampah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang dinilai membebani APBD di gedung ACLC KPK, Jakarta Selatan, Senin (6/11/2023).

PLN juga menyesuaikan harga briket itu dengan domestic market obligation (DMO) atau pasar batu bara dalam negeri yakni 70 dollar Amerika Serikat (AS) per ton jika mengandung Kalori 6.000.

“PLN (bilang), kalau (Pemda) bisa bikin sampah jadi (briket) 6.000 Kalori saya beli 70 dollar AS. Kalau di bawahnya tergantung,” jelas Niken.

Dengan cara ini, pemerintah daerah diuntungkan karena tidak perlu mengeluarkan ongkos besar untuk investasi dan tipping fee kepada pihak swasta.

Pemerintah daerah, kata Niken, hanya perlu berinvestasi membangun pabrik produksi briket dari sampah.

Adapun PLN memang menginginkan dan membutuhkan pembauran energi. Saat ini, PLN belum bisa sepenuhnya meninggalkan batubara. Sementara, mereka juga dituntut untuk menggunakan energi hijau.

Untuk itu, PLN akan mengganti 2 persen batubara bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan briket hasil pengolahan sampah.

Baca juga: PLTSa Putri Cempo Solo Diperkirakan Beroperasi April 2023, Tumpukan Sampah Habis dalam 5 Tahun

“Buat PLN ya sudah mengganti batubara dan kita bisa bilang ke luar, oke saya sudah green economic ya. Jadi PLTU kita tidak hanya membakar ini (batubara),” kata Niken.

Sementara itu, Pahala menyebut pengelolaan sampah menjadi briket ini seperti bisnis yang “ajaib”. Sebab, suplai sampah bahan baku briket terus tersedia.

Di sisi lain, pihak yang membeli briket itu juga tersedia. Di antaranya dalah PLN dan pabrik semen.

“Sederhana saja, supplynya ada, sampahnya kan ada terus, yang beli ada. Kok ya susah jalannya (kebijakan),” kata Pahala.

“Yang backgroundnya bisnis mungkin (melihat) ini proses yang paling ajaib,” tambahnya.

Adapun Stranas PK merupakan kebijakan nasional yang fokus pada pencegahan korupsi.

KPK, Kemendagri, Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) tergabung dalam Stranas PK yang berdasar pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 tahun 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Anies dan Sudirman Said sama-sama ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said sama-sama ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com