Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Neni Nur Hayati
Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership

Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia. Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dinasti Politik dan Pengkhianatan Demokrasi

Kompas.com - 06/11/2023, 13:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jalan pintas yang ditempuh melalui MK memperlihatkan kehendak berkuasa dan mempertahankannya dengan bersandar pada kelicikan dan pengabaian prinsip meritokrasi.

Kekuasaan dipisahkan dari panduan moral, etika, dan nilai luhur bangsa. Padahal, ketika para pendiri bangsa memilih Indonesia sebagai negara demokrasi, diharapkan ini menjadi jalan terbaik untuk memberi kesetaraan kepada semua warga.

Politik dan kekuasaan hendaknya peka terhadap denyut nadi dan aspirasi publik yang tidak menghalalkan segala cara, mengedepankan kepentingan bangsa, dan menjauhkan diri dari KKN.

Orientasi politik dinasti adalah kekuasaan yang mengarah pada Otoritarianisme baru dan sentralisasi kekuasaan. Gejala ini sangat berbahaya bagi masa depan bangsa.

Bencana Demokrasi Indonesia

Diamnya sikap Jokowi dan menyerahkan keputusan kepada gabungan partai politik pengusung menjadi alarm bencana demokrasi Indonesia. Jokowi seolah acuh dan tidak peduli terhadap kondisi yang terjadi.

Alih-alih mendengarkan suara publik sebagai acuan kebijakan publik, negara justru memata-matai gerak-gerik warga negara yang mengancam rezim (Dibley dan Ford dalam Piliang, 2023).

Demokrasi berkredo vox populi vox dei. Suara rakyat suara Tuhan. Ketika rakyat sudah bersuara, mesti diberi nilai tertinggi, terkoneksi misi ketuhanan dan ada sakralisasi demokrasi (Nashir, 2020).

Namun yang terjadi adalah pengabaian dan penyelewenangan suara rakyat. Pemimpin demikian bukan hanya gagal dalam melakukan komunikasi, tetapi juga pengkhianatan terhadap demokrasi demi politik dinasti.

Penelitian terkait dengan politik dinasti yang dilakukan oleh Kenawas (2020) mengungkapkan bahwa buruknya institusionalisasi partai politik menjadi salah satu penyebab utama makin banyaknya anggota dinasti politik yang dicalonkan melalui jalur partai (Harjanto 2011, Chibber 2011).

Partai politik cenderung mengambil jalan pintas dengan memajukan bakal calon yang memiliki tingkat keterpilihan yang cukup tinggi karena mudah dikenal masyarakat. Keluarga elite politik berada pada posisi lebih unggul dari kompetitor mereka.

Kondisi tersebut diperparah dengan sistem rekrutmen dan kaderisasi di partai yang cenderung tertutup dan kegagalan partai dalam menanamkan nilai idealisme melalui proses pendidikan internal atau kaderisasi.

Nyaris kita melihat tidak ada partai yang benar-benar secara serius melakukan kaderisasi secara berkelanjutan.

Akhirnya, yang muncul adalah sikap pragmatis, oportunis, hipokrit berkembang, tidak mengindahkan etika dan moralitas dan semakin terpeliharanya sikap negatif dalam individu kader (Noor, 2021).

Idealnya, achieved status menjadi tolok ukur utama dalam penentuan calon pengemban suksesi dan bukan ascribed status (Zuhro, 2023).

KKN yang sudah melekat dalam budaya kita, perlu ada upaya serius dari semua pihak untuk mengikis kebiasaan tersebut. Hal ini tidak dapat kita ubah secara cepat.

Hanya apabila kita memiliki tekad kuat untuk memberantasnya, teladan para pemimpin bangsa sangatlah diperlukan.

Selain itu, reformasi dan pembenahan partai politik menjadi agenda mendesak untuk segera dilakukan guna mengurangi potensi nepotisme yang terus mengakar.

Oleh karenanya pembenahan partai yang dilaksanakan bukan hanya prosedur dan substansi, melainkan penanaman sikap dan nilai.

Hasil riset dan kajian yang dilakukan oleh Firman Noor (2021), setidaknya menawarkan empat kuadran solusi, yakni internal-prosedural, internal-substansial, eksternal-substansial dan eksternal-prosedural.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com