Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Tak Perlu Menangisi Gibran, PDIP!

Kompas.com - 22/10/2023, 12:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lalu tidak lama berselang, muncul letupan kecil di tubuh PDIP di mana kadernya masing-masing Effendi Simbolon dan Budiman Sudjatmiko mendadak menyatakan dukungan kepada Prabowo secara terbuka.

Jadi area operasi khususnya bergantian antara ceruk suara Jokowi dan halaman belakang PDIP. Sekuel lanjutannya, sebagaimana telah kita saksikan bersama, adalah relasi ceruk suara Jokowi dengan ceruk suara PDIP, yakni Kaesang Pangarep dan Gibran Rakabuming Raka.

Setelah namanya dimunculkan sebagai bakal calon Wali Kota Depok, lalu mendadak Kaesang Pangarep masuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan didapuk menjadi ketua umum. Peristiwa ini juga berlangsung sangat cepat serta mengandung "element of surprise" yang cukup tinggi.

Sebagaimana juga sempat saya bahas sebelumnya, saya memasukkan peristiwa tersebut ke dalam bagian dari strategi opsus yang dimainkan kubu Prabowo, karena tak lama sebelum penguncian salah satu anggota keluarga Jokowi ke dalam area "non PDIP" tersebut didahului dengan kunjungan resmi Ketua Umum DPP Partai Gerindra ke kantor DPP PSI.

Jadi agak sulit untuk tidak mengatakan bahwa tidak ada andil Prabowo dan Partai Gerindra dalam "political moves" yang diambil oleh PSI, setelah pertemuan langka tersebut.

PSI, meskipun partai kecil, tetap ditempatkan oleh Prabowo setara dengan anggota koalisi lainnya.

Peristiwa tersebut secara jelas menggambarkan perpindahan pendulum politik PSI ke kubu Prabowo, sekalipun tak keluar pernyataan eksplisit dari PSI soal dukungan resmi tersebut.

Lalu diikuti dengan kunjungan resmi dedengkot PSI ke Istana, bertemu Presiden Jokowi, sebagai batu loncatan sebelum Kaesang secara resmi bergabung dan menjadi Ketua Umum PSI.

Belum pudar dari ingatan kita tentang fakta perpindahan Kaesang, kemudian masuk ke fase selanjutnya, yakni Gibran.

Sebagaimana saya mengistilahkannya, Gibran adalah kartu sakti Prabowo, yang akan dimainkan pada "last minutes", tapi secara kasat mata bisa dilihat bahwa kartu sakti tersebut sesungguhnya telah dipupuk dan dipelihara sejak lama.

Jauh hari sebelum ribut-ribut soal Effendi Simbolon, Budiman Sudjatmiko, dan Kaesang Pangarep, Prabowo sudah lebih dahulu bertemu secara resmi dengan Gibran di Solo, yang berbuah panggilan dari DPP PDIP kepada Gibran beberapa hari kemudian.

Konon, kabarnya pemanggilan demi pemanggilan DPP atas Gibran ini menjadi salah satu sebab utama juga bagi keluarga Jokowi yang kecewa atas perlakuan PDIP kepada anak sulungnya.

Gibran memang terkesan seperti ‘terdakwa’ saat beberapa kali dipanggil DPP PDIP atas anomali sikap politik yang ia ambil.

Sementara itu, operasi khusus dari sisi pengambilalihan massa dan mesin politik juga bisa dilihat dengan jelas.

Berawal dari berpindahnya salah satu relawan Ganjar Pranowo ke Prabowo, lalu ambigunya sikap politik Projo cs terhadap Ganjar Pranowo yang berakhir dengan terbaginya dua kubu di dalam Projo, berakhir dengan dukungan dadakan Partai Golkar dan PAN kepada Prabowo.

Dan lagi-lagi puncaknya ada pada Gibran. Mengapa saya katakan puncak? Sebagaimana saya bahas di tulisan berjudul "Gibran Kartu Sakti Prabowo", Gibran adalah simbol kuncian langsung Prabowo atas Jokowi.

Jadi jikapun nanti sampai kontestasi berakhir Jokowi tidak menyatakan dukungan resminya kepada Prabowo dan Gibran, dengan dalih bahwa seorang presiden haruslah tetap netral, pemilih Jokowi dengan mudah tetap bisa menerjemahkan bahwa Jokowi sebenarnya memberikan dukungan kepada Prabowo.

Karena tidak mungkin seorang bapak tidak mendukung anaknya sendiri. Sangat tidak mungkin.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar

Nasional
Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Nasional
Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Nasional
Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

Nasional
Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Nasional
Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

Nasional
Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP Terkait Hasil Pileg Dapil Jabar

MK Tolak Gugatan PPP Terkait Hasil Pileg Dapil Jabar

Nasional
Sidang Asusila Ketua KPU, Anggota Komnas HAM dan Perempuan Jadi Ahli

Sidang Asusila Ketua KPU, Anggota Komnas HAM dan Perempuan Jadi Ahli

Nasional
Belanja Negara Makin Besar, Jokowi Minta BPKP Inovasi Gunakan Teknologi Digital

Belanja Negara Makin Besar, Jokowi Minta BPKP Inovasi Gunakan Teknologi Digital

Nasional
Pegawai Protokol Kementan hingga Pihak Swasta Jadi Saksi Sidang Kasus Korupsi SYL

Pegawai Protokol Kementan hingga Pihak Swasta Jadi Saksi Sidang Kasus Korupsi SYL

Nasional
Ketua KPK Ogah Tanggapi Masalah Ghufron Laporkan Dewas ke Bareskrim

Ketua KPK Ogah Tanggapi Masalah Ghufron Laporkan Dewas ke Bareskrim

Nasional
KPU Sebut Upaya PPP Tembus Parlemen Kandas Sebab Gugatan Banyak Ditolak MK

KPU Sebut Upaya PPP Tembus Parlemen Kandas Sebab Gugatan Banyak Ditolak MK

Nasional
Dugaan Rayu PPLN, Ketua KPU Hadiri Sidang DKPP Bareng Korban

Dugaan Rayu PPLN, Ketua KPU Hadiri Sidang DKPP Bareng Korban

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com