Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gibran Diusulkan Jadi Cawapres Prabowo, Deklarator Juanda: Kemunduran Reformasi

Kompas.com - 21/10/2023, 19:19 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu deklarator Juanda, Usman Hamid, menilai terjadi kemunduran reformasi setelah putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka diusulkan menjadi bakal calon presiden (cawapres) yang mendampingi bakal capres Prabowo Subianto.

Menurut Usman, hal tersebut menegaskan bahwa Presiden Jokowi sedang membangun dinasti politik.

"Fenomena ini adalah kemunduran reformasi yang kita tegakkan untuk melawan kolusi dan nepotisme. Nepotisme dan dinasti politik menghambat manusia-manusia unggul untuk memiliki kesempatan memimpin tanpa jalur pertalian keluarga penguasa," ujar Usman saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/10/2023).

Baca juga: Jadi Bakal Cawapres Prabowo, Gibran: Terima Kasih kepada Keluarga Besar Golkar

Dia melanjutkan, hal tersebut juga menguatkan kekhawatiran publik bahwa Gibran bisa jadi cawapres karena putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang kental nepotisme.

Selain itu, menurut Usman, intervensi seorang ayah yang sedang berkuasa sebagai presiden telah menyingkirkan manusia-manusia yang bekerja keras di partai politik dan diunggulkan sebelumnya.

"Anak-anak penguasa mendapatkan suntikan modal bisnis yang besar, mengalahkan anak-anak muda dari keluarga orang biasa yang bekerja keras setiap hari," ungkap Usman.

"Dinasti dan nepotisme ibarat api dalam sekam. Sewaktu-waktu bisa menyala semakin besar dan meluluhlantakkan capaian-capaian reformasi," tegas dia.

Baca juga: Usai Golkar Dukung Prabowo-Gibran, Airlangga Bertemu Jokowi di Istana

Lebih lanjut, Usman Hamid mengutip Deklarasi Juanda yang ditandatangani oleh para akademisi, budayawan, seniman, dan tokoh lainnya.

Dalam deklarasi itu disebutkan bahwa reformasi kembali ke titik nol. Mundurnya reformasi ditandai dengan merosotnya demokrasi dan diperburuk oleh fenomena politik dinasti.

"Reformasi dan demokrasi yang kita tegakkan bersama dalam 25 tahun terakhir, dikhianati. Kedaulatan rakyat disingkirkan," tutur Usman.

"Ruang publik dipersempit, oposisi menjelma aliansi kolusif, lembaga anti-korupsi dilemahkan, dan kekuatan eksekutif ditebalkan," tambah dia.

Baca juga: Politikus PDI-P: Pak Jokowi dan Gibran, Ada Apa? Bu Mega Salah Apa?

Sebagaimana diketahui, Partai Golkar mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo dan Gibran sebagai bakal capres dan cawapres dalam Pemilu 2024.

Dengan adanya dukungan tersebut, Gibran hampir pasti menjadi cawapres untuk Prabowo. Namun, hingga saat ini Prabowo belum mendeklarasikan cawapresnya secara resmi.

Untuk diketahui, Prabowo diusung sebagai capres oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang terdiri dari Partai Gerindra, Golkar, Partai Demokrat, PBB, PAN, dan Partai Gelora.

Hingga saat ini, hanya Prabowo yang belum mengumumkan sosok cawapres yang akan mendampingi pada pemilu mendatang.

Sementara itu, bakal capres Anies Baswedan telah menggandeng Muhaimin Iskandar dan bakal capres Ganjar Pranowo berpasangan dengan Mahfud MD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com