Bukan tanpa preseden tentunya. Mantan Presiden Philipina melakukan hal yang sama, dengan mengajukan anaknya sebagai wakil presiden. Hebatnya Presiden Philipina Rodrigo Duterte adalah, beliau tak pernah mengaspirasikan wacana tiga periode.
Pun keputusan MK hari ini akhirnya memastikan bahwa Gibran Rakabuming Raka bisa memasuki Club (boleh dibaca oligarki) yang dibentuk oleh beberapa jejaring kuasa politik dan ekonomi, yang ingin memastikan bahwa hasil pemilihan nanti tidak akan menyakiti berbagai kepentingan mereka yang selama ini sudah cukup terpuaskan oleh kekuasaan hari ini.
Harus diakui bahwa perjalanan menuju keputusan MK hari ini cukup berliku. Pastinya sangat banyak biaya yang sudah dihabiskan, baik untuk alat peraga yang dengan sengaja "menyetir" persepsi publik soal pasangan Prabowo - Gibran, maupun untuk lobi sana-sini. Investasinya tentu tak sedikit.
Walaupun hasil yang didapat hari ini sebenarnya belum menjamin kemenangan, jika memang Prabowo Subianto dan Gibran akan disandingkan, karena bagaimanapun, hasil akhir tetap berada di tangan rakyat, bukanlah di tangan MK.
Tapi dari pengalaman beberapa tahun belakangan, sepak terjang jejaring kuasa dan oligarki ini selalu berhasil mendapatkan hasil akhir yang memuaskan.
Mengapa bisa begitu? Karena jejaring oligarki di sini berbeda dengan oligarki yang ada di negara Asia Timur umumnya.
Satu hal yang membedakan oligarki di Indonesia dengan di Korea Selatan (Chaebol) atau di Jepang (Keiretsu) atau di China dengan business group BUMN negeri tirai bambu, yang membuat Indonesia jauh tertinggal di belakang, yakni di negara-negara tersebut, pemerintahannya lebih kuat dibanding para oligar, sehingga pemerintah memiliki kuasa untuk menentukan arah politik dan ekonomi.
Sementara di Indonesia, para oligar lebih kuat dibanding pemerintah dan penguasa terpilih, apalagi jika keterpilihan para penguasa baru justru berkat campur tangan modal dari para oligar, sehingga situasinya terbalik dibanding tiga negara tersebut.
Di sini, bukan pemerintah yang menentukan kemana arah politik dan ekonomi nasional, tapi justru jejaring oligar yang mengamuflasekan kepentingannya menjadi kepentingan nasional.
Karena itu, jika kubu Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan tidak melakukan ‘perlawanan’ yang besar, terutama perlawanan berbasiskan suara rakyat, maka besar kemungkinan jejaring kuasa dan oligar ini akan kembali menorehkan hasil maksimal di pemilihan 2024 nanti.
Namun lepas dari itu, menanggapi putusan MK hari ini, saya ingin mengucapkan selamat kepada Gibran Rakabuming Raka atas kesempatan baru yang maha luas tersebut. Welcome to the Club, Mas Gibran!
Selain itu, izinkan saya sebagai rakyat dengan segala kerendahan hati juga ingin berbagi kutipan bernas kepada beliau dan bapak Presiden yang notabene orangtua beliau, sebuah nasihat sederhana yang saya kutip dari pernyataan John Adams, presiden kedua Amerika Serikat.
"When economic power became concentrated in a few hands, then political power flowed to those possessors and away from the citizens, ultimately resulting in an oligarchy or tyranny, kata John Adams. (Terjemahan bebas: ketika kekuatan ekonomi terkonsentrasi di tangan segelintir orang, maka kekuasaan politik mengalir ke tangan para penguasa dan menjauh dari rakyat, yang pada akhirnya menghasilkan oligarki atau tirani).
Semoga Bapak Presiden dan Sang Putra bisa menangkap maknanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.