Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Interpretasi Makropolitik Kaesang Sang Ketum Baru PSI

Kompas.com - 27/09/2023, 10:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KAESANG Pangarep, putra bungsu dari Presiden Joko Widodo akhirnya resmi menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ketika dia menerima Kartu Tanda Anggota (KTA) PSI pada Sabtu, 23 September 2023, di kediaman pribadi Presiden Joko Widodo, di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.

Dalam penjelasan Wakil Ketua Dewan Pembina DPP PSI, Grace Natalie, dikatakan bahwa "mawar" yang selama ini disebut-sebut adalah Kaesang Pangarep.

“Jadi hari ini adalah hari yang berbahagia, karena akhirnya, ‘mawar’ yang ditanya sama teman-teman media semua, hari ini sudah akan secara langsung memperkenalkan diri, dan nanti Mas Kaesang yang akan bercerita bagaimana sampai kepada keputusan hari ini,” jelas Grace dalam konferensi persnya di Solo.

Kaesang mengaku bahwa dirinya sudah lama menjalin komunikasi dengan teman-teman PSI. Komunikasi intens itu membuatnya memutuskan untuk serius berjuang bersama PSI.

Kaesang juga mengatakan dirinya memiliki kesamaan dan keinginan dengan PSI, yakni ingin agar anak-anak muda bisa lebih terlibat di sektor publik termasuk berpolitik praktis.

Tak lama berselang, Kaesang sekonyong-konyong terpilih sebagai Ketua Umum PSI, lompatan yang cukup luar biasa, tapi sangat "predictable", karena "baunya" ‘mencolok’ sudah jauh-jauh hari sebelumnya.

Sebelum bergabungnya Kaesang secara resmi ke PSI, memang beredar video yang menyebutkan kata Mawar sebagaimana disinggung Grace Natalia.

Mawar yang dinarasikan di dalam video diklaim oleh sejumlah komentator dan pengamat telah memusingkan sebagian pembesar-pembesar politik di PDIP.

Boleh jadi faktanya belum tentu demikian, tapi setidaknya seperti itu gambaran yang diceritakan di dalam video tersebut.

Dan tidak lupa, entah kebetulan atau tidak, pemilihan kata "mawar" tersebut secara historis dan politis cukup tendensius, setidaknya di mata saya sebagai pengamat.

Mengapa harus memilih kata "mawar", bukan nama bunga lainnya, sebut saja misalnya Melati, Anggrek, Kamboja, Kemuning, Matahari, bunga Pukul Empat, bunga Kaktus atau lainnya?

Nalar kritis saya ikut terusik dan serta merta secara spontan memikirkan "tim mawar" yang pernah dipimpin Prabowo, misalnya. Tapi ya sudahlah, mungkin hanya kebetulan.

Lantas bagaimana harus menerjemahkan peristiwa politik semacam ini dikaitkan dengan tatanan makropolitik nasional yang sedang berlangsung?

Pertama, keputusan Kaesang untuk bergabung dengan PSI semestinya tidak menjadi berita "duka" bagi PDIP di satu sisi dan tidak pula sebagai berita "besar" di sisi lain.

PDIP pernah dihadang berita tentang dukungan Effendi Simbolon (ES) dan Budiman Sudjatmiko (BS) kepada Prabowo Subianto. PDIP telah melaluinya dengan baik, tanpa banyak kendala dan persoalan.

Jelas-jelas Effendi Simbolon dan Budiman Sudjatmiko pernah merasakan jasa politik PDIP, terutama secara institusional, karena mengantarkan keduanya ke Senayan alias menjadi anggota DPR/MPR dalam jangka waktu tertentu.

Perkara setelah itu terdapat perbedaan politik dan lainnya, saya kira itu perkara biasa di dalam politik. Tak ada yang istimewa.

Lantas bagaimana dengan Kaesang Pangarep? Semestinya kualitas "tekanan" politiknya tak sebesar kasus ES dan BS, karena Kaesang terkait secara tidak langsung saja dengan PDIP.

Berbeda dengan Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Jokowi, atau Bobby Nasution, menantu Jokowi, misalnya, yang memang telah merasakan jasa politik PDIP yang mengantarkan keduanya ke bangku kepala daerah masing-masing sebagai Wali Kota Solo dan Wali Kota Medan.

Sementara Kaesang belum mendapatkan jasa politik tersebut dari PDIP. Keterkaitan Kaesang hanya secara tidak langsung, yakni karena beliau anak presiden yang didukung oleh PDIP sejak Jokowi menjabat Wali Kota di Solo.

Jadi secara kualitas tekanan, bergabungnya Kaesang dengan PSI diandaikan setara dengan bergabungnya Jan Ethes putra Gibran atau Al Nahyan anak Bobby Nasution ke partai lain, di mana keduanya memang sama-sama belum menikmati jasa politik langsung dari PDIP.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadi Perantara Kebaikan, Dompet Dhuafa Siap Terima Hibah dari NAMA Foundation untuk Kaum Dhuafa

Jadi Perantara Kebaikan, Dompet Dhuafa Siap Terima Hibah dari NAMA Foundation untuk Kaum Dhuafa

Nasional
Kemenkes: Waspadai MERS-CoV, Jemaah Haji Mesti Hindari Kontak dengan Unta

Kemenkes: Waspadai MERS-CoV, Jemaah Haji Mesti Hindari Kontak dengan Unta

Nasional
Bocorkan Duet Khofifah-Emil di Pilkada, Airlangga: Semua Akan Positif...

Bocorkan Duet Khofifah-Emil di Pilkada, Airlangga: Semua Akan Positif...

Nasional
Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak di Pilkada Jatim

Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak di Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Nasional
RUU Penyiaran Larang Jurnalisme Investigasi, PDI-P: Akibat Ketakutan yang Berlebihan

RUU Penyiaran Larang Jurnalisme Investigasi, PDI-P: Akibat Ketakutan yang Berlebihan

Nasional
Prabowo Ingin Jadi Diri Sendiri Saat Memerintah, PDI-P: Kita Akan Melihat Nanti

Prabowo Ingin Jadi Diri Sendiri Saat Memerintah, PDI-P: Kita Akan Melihat Nanti

Nasional
Sepanjang 2023, Pertamina Hulu Rokan Jadi Penghasil Migas Nomor 1 Indonesia

Sepanjang 2023, Pertamina Hulu Rokan Jadi Penghasil Migas Nomor 1 Indonesia

Nasional
Djarot dan Risma Dinilai Lebih Berpotensi Diusung PDI-P pada Pilkada DKI 2024 ketimbang Ahok

Djarot dan Risma Dinilai Lebih Berpotensi Diusung PDI-P pada Pilkada DKI 2024 ketimbang Ahok

Nasional
Polri Pastikan Kasus Pembunuhan 'Vina Cirebon' Masih Berjalan, Ditangani Polda Jawa Barat

Polri Pastikan Kasus Pembunuhan "Vina Cirebon" Masih Berjalan, Ditangani Polda Jawa Barat

Nasional
KPK Dalami Gugatan Sengketa Lahan di MA

KPK Dalami Gugatan Sengketa Lahan di MA

Nasional
KPK Duga Tahanan Korupsi Setor Uang Pungli ke Rekening Orang Dekat Eks Karutan Achmad Fauzi

KPK Duga Tahanan Korupsi Setor Uang Pungli ke Rekening Orang Dekat Eks Karutan Achmad Fauzi

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Nasional
Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Nasional
Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com