Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ujian Kaesang Pimpin PSI Baru Dimulai Usai Tak Lagi Menyandang Status Anak Presiden

Kompas.com - 26/09/2023, 13:21 WIB
Fika Nurul Ulya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik sekaligus Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai, ujian Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dimulai saat ketua umumnya, Kaesang Pangarep, tidak lagi menyandang status sebagai anak presiden.

Sebab di masa itu, dukungan politik dari banyak pihak bisa berpotensi sirna dan beralih mendukung sosok lain.

"Ujian Kaesang sesungguhnya kalau tidak jadi anak presiden, kalau saat ini mungkin akan begitu banyak dukungan dan support politik, yang datang dari berbagai kalangan tanpa diduga oleh Kaesang," kata Adi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/9/2023).

Baca juga: Airlangga: Kaesang Jadi Ketum PSI Bagus, Partainya Orang Muda

Adi menuturkan, dukungan politik tersebut bisa saja hilang sewaktu-waktu berkaca dari dinamika politik yang selama ini terjadi. Menurut Adi, dukungan biasanya akan pudar ketika aura kebintangan mulai meredup.

Oleh karena itu, Adi menilai, Kaesang perlu menunjukkan eksistensi PSI dalam jangka panjang melalui jejaring dan lingkaran politiknya saat ini.

"Kaesang harus membuktikan diri kalau sudah tak lagi jadi anak presiden di tahun yang akan datang. 20 Oktober 2024, Kaesang harus tunjukan kepada publik bahwa bisa membawa PSI hebat," beber Adi.

Baca juga: Gerindra Harap Kaesang Bisa Bikin PSI Dukung Prabowo Capres 2024

Adapun saat ini, Adi meyakini, PSI bisa masuk ke Parlemen di tahun depan lewat para simpatisan dan loyalis Jokowi.

Hadirnya Kaesang dinilai akan membenahi sistem perkaderan dan sistem rekrutmen anggota partai yang carut-marut.

Terlebih dalam Pemilu 2019, PSI mendapat perolehan suara sebesar 1,89 persen. Menurutnya, menambah suara sekitar 2,1 persen untuk masuk dalam ambang batas parlemen 4 persen akan mudah dengan memanfaatkan jejaring politik tersebut.

"Jangan lihat Kaesang yang baru terjun politik. Tapi lihat jejaring politik yang selama ini cukup identik dengan Jokowi, simpatisan Jokowi, loyalis Jokowi, bukan tidak mungkin menjadi bagian dari instrumen politik yang akan men-support Kaesang dan akan memenangkan pertarungan," jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, Kaesang naik menjadi ketua umum partai pada Senin (25/9/2023).

Dalam pidatonya, Kaesang mengaku diledek dan dipertanyakan publik saat memutuskan untuk masuk ke partai kecil.

Orang-orang yang meledeknya itu bertanya-kenapa kenapa ia tidak bergabung ke partai besar yang sudah lolos ke DPR.

Kaesang lantas menjelaskan, ia justru lebih tertarik bergabung ke partai kecil. Dia bahkan berkomitmen untuk berjuang membuat PSI lolos ke DPR di tahun 2024.

Baca juga: Politikus PDI-P Beri Selamat Kaesang Resmi Jadi Ketum PSI

"Karena PSI belum ada di DPR. Dan saya ingin berjuang bersama kawan-kawan semua di sini agar di 2024 PSI menjadi partai besar. Dan 2024 PSI akan ada di DPR RI," tutur Kaesang dalam pidato politik perdananya sebagai Ketua Umum PSI, di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (25/9/2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Nasional
Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Nasional
Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik Buat Rakyat

Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik Buat Rakyat

Nasional
Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Nasional
Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Nasional
Prabowo 'Tak Mau Diganggu' Dicap Kontroversi, Jubir: Publik Paham Komitmen Beliau ke Demokrasi

Prabowo "Tak Mau Diganggu" Dicap Kontroversi, Jubir: Publik Paham Komitmen Beliau ke Demokrasi

Nasional
JPPI: Meletakkan Pendidikan Tinggi sebagai Kebutuhan Tersier Itu Salah Besar

JPPI: Meletakkan Pendidikan Tinggi sebagai Kebutuhan Tersier Itu Salah Besar

Nasional
Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri lewat Jalur Khusus

Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri lewat Jalur Khusus

Nasional
Polri Buru Dalang 'Illegal Fishing' Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Polri Buru Dalang "Illegal Fishing" Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Nasional
Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Nasional
BPK Periksa SYL soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 M

BPK Periksa SYL soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 M

Nasional
UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

Nasional
Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Nasional
Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Nasional
Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Pembangunan Tol MBZ yang Dikorupsi Menyimpan Persoalan, Beton di Bawah Standar, dan Lelang Sudah Diatur

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com