“Tujuan baik tidak harus dikejar dengan cara-cara curang, tidak jujur dan pengubahan data tidak jujur,” ujar Yessy menyimpulkan cerita pengalamannya.
Selain itu saya juga didampingi editor film ini, Mas Pulung yang mengatakan keinginannya agar film ditonton masyarakat di desa-desa, kampung-kampung dan tempat lainnya sebagai tontonan umum. Mas Pulung suka ini dipertontonkan sebagai layar tancep.
“Masyarakat bisa nonton dengan santai sambil makan kacang, bercanda dan langsung mengomentari adegan-adegan film secara langsung,” ujar Mas Pulung.
Saya menonton film ini secara khusus di tempat editing film, yakni The Post - Coffee and Eatery, Jalan Cipete Dalam, Jakarta Selatan.
Film ini saya lihat sebagai mozaik dari banyak potret atau foto kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.
Gemar berswafoto (selfie), joget menggoyang tubuh seperti artis lagu campursari atau dangdut koplo, creambath rambut, tawuran, membawa kipas angin kecil, gosip tentang pejabat pemerintah yang “berselingkuh”, makan dan duduk di sekitar gerobak penjual makanan atau angkringan, debat gaya atau model para perempuan di kampung-kampung padat dan seterusnya.
Tentu juga film yang diproduksi oleh produser Marlia Nurdiyanti, Rina Damayanti dan Susi Roseliawati ini juga berkisah tentang cinta asmara.
Lebih dari itu, nampaknya Garin Nugroho juga mengemukakan pendapatnya tentang negeri ini. Rakyat, pemimpinnya dan rezimnya, adalah kaum berkebudayaan melodrama.
Garin juga mengkarikaturkan suasana politik, sosial dan gerak seni massa kurang mendapat panduan. Hingga sering terjadi keriuhan.
Sering terjadi suasana seperti pepatah yang diplesetkan Garin Nugroho, “Bukan Anjing menggonggong kafilah berlalu, tapi yang terjadi anjing menggonggong para relawan atau pendengung ikut menggonggong”.
Riuhlah negeri ini disamping karena munculnya tragedi berdarah sepakbola Kanjuruhan (Malang), tragedi Pulau Rempang, kasus Sambo dan seterusnya.
Ini titik-titik bersejarah tentang Indonesia selama 10 tahun terakhir ini yang tentu dicatat sejarah dunia.
Menyertai film ini, Garin Nugroho juga menitipkan sejumlah kata seperti berikut.
“Koalisi yang kuat untuk menang memang perlu, tapi koalisi yang penting adalah koalisi dengan warga dan harapannya serta koalisi dalam rekam jejak bukan maya.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.