BAK sinetron, kisah-kisah anak penggede dalam politik kita selalu menjadi tontonan yang menarik. Diskursus politik nasional belakangan ini menempatkan mereka dalam salah satu bahasan.
Penggede yang saya maksud adalah anak-anak presiden atau anak-anak bakal calon presiden (bacapres).
Berbagai episode sudah sinetron tentang mereka hadir melalui tontonan yang kadang lucu, sedih, penuh intrik, dan tentu saja ada unsur dramatisnya.
AHY terpaksa harus menelan pil pahit karena di-ghosting oleh Surya Paloh dan Anies Baswedan.
Berbulan-bulan lamanya, AHY berdinamika dengan kelompok yang menamakan diri Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) agar bisa menjadi pendamping Anies, sebagai bakal calon wakil presidennya.
Apa mau dikata, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) berhasil “menikung” dan membubarkan kisah pedekate-an tersebut hingga terbentuklah pasangan Anies-Cak Imin.
Episode itu, konon kabarnya tidak luput dari arahan sutradara sekaligus penulis skenarionya bernama Surya Paloh.
Lantas apa yang terjadi dengan AHY? Ketua umum Partai Demokrat tersebut marah karena merasa dikhianati.
Meski begitu, sebagaimana pernyataan AHY ke publik pada sesi konferensi pers, dia dan gerbong partainya akhirnya memilih “move on”.
Kini, AHY dan partai berlogo mercy itu memilih bergabung di Koalisi Indonesia Maju (KIM), bersama Prabowo Subianto sebagai bacapres-nya.
Dalam sambutan “perpisahannya” dengan KPP, AHY berujar “Saya mengajak seluruh kader Partai Demokrat agar tetap tenang dan berpikir jernih. Kita tidak akan patah oleh ganjaran politik sekeras apa pun. Meskipun kita juga tidak akan berkompromi pada konspirasi politik securang apa pun”.
Inilah plot dramatis dalam episode yang saya beri judul “berpisah dibatas penantian”.
Sinetron tentang KPP ini sebenarnya tidak hanya menampilkan AHY, selaku anak penggede yang di-ghosting Anies dan Partai Nasdem.
Ramai mengemuka di publik bahwa kubu Anies sempat menginginkan Yenny sebagai calon presidennya.
Munculnya nama Yenny karena KPP menginginkan ada representasi NU dan Jawa Timur, dari seorang pendamping Anies.
Ini tentunya menjadi pilihan strategis bagi KPP untuk menutup kekurangan dukungan Anies dari kelompok dan daerah yang dimaksud.
Ketua DPP Bappilu Partai Nasdem, Effendi Choiri atau Gus Choi, adalah salah satu tokoh yang ngotot memasangkan Anies dengan Yenny.
Hal ini karena keinginannya pasangan yang mereka dukung bisa memperoleh dukungan dari kaum Nahdiyin.
Dukungan yang sama juga datang dari Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera.
Menurut dia, usulan menduetkan Anies-Yenny sangat rasional, karena sebagai tokoh NU, putri Gus Dur itu bisa membantu menambah dukungan elektoral dan sekaligus menjadi efek ekor jas bagi partai pendukung di pemilu legislatif 2024.
Lantas, apakah Anies juga menginginkan Yenny? Memang, tidak ada pernyataan secara terbuka dari Anies tentang hal itu, kecuali bahwa Yenny dan empat kandidat lainnya (AHY, Mahfud, Cak Imin, Khofifah) disebutkan olehnya bahwa mereka masuk dalam pertimbangan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.