Namun, dari gesturnya, publik membaca keinginan Anies untuk berpasangan dengan Yenny itu ada.
Meski tidak sedramatis yang dialami AHY, duet Anies-imin tak pelak membuat Yenny sedikit “meradang”.
Dia lantas merespons duet tersebut dengan mendatangi Prabowo untuk menyatakan dukungan.
Dukungan Yenny kepada Prabowo selain karena ketidaksukaannya pada Gus Imin, tentu langkah politik tersebut sangat kental dengan nuansa baper (bawa perasaan), sebab dia tidak terpilih menjadi bacawapres Anies.
Pada “stasiun televisi” lain, publik juga tak henti-hentinya disuguhi sinetron terkait tingkah politik anak-anak Jokowi, yakni Gibran Rakabuming Raka (Gibran) dan Kaesang Pangarep (Kaesang), yang tentu saja penuh dengan plot twist yang juga menghadirkan drama dan intrik.
Episode bermula dari masuknya nama Gibran dalam bursa calon wakil presiden (bacawapres). Entah siapa yang memulai usulan itu, beredar informasi Prabowo Subianto ingin menjadikan Gibran sebagai pasangan duetnya.
Prabowo pun mendukung uji materi tentang batas usia capres dan cawapres, sebagaimana yang disebutkan pada UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu).
Menurut Prabowo, sebagaimana dikutip berbagai media, usia mestinya tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk menjadi pemimpin.
Keinginan untuk menduetkan Prabowo dengan Gibran juga diucapkan oleh Wakil Ketua umum Partai Gerindra, Fadli Zon dan Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani.
Meski bukan hanya nama Gibran yang disebutkan karena ada yang lain seperti Muhaimin Iskandar (PKB), Erick Thohir, dan Airlangga Hartarto.
Munculnya nama Gibran dalam bursa cawapres tersebut tak pelak memunculkan pro dan kontra. Ada yang mendukung, tentu saja banyak juga yang menolak.
Suara-suara penolakan terutama berkaitan dengan gugatan terhadap praktik politik dinasti. Masuknya Gibran dalam kandidasi dianggap sebagai upaya Jokowi membangun dinasti politiknya.
Suara-suara tersebut menggema semakin kencang bersamaan dengan tafsiran bahwa uji materi, terutama yang dimohonkan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI), semata-mata karena untuk memuluskan kepentingan Jokowi menjadikan anaknya menjadi bakal calon RI dua.
Gibran juga mendapatkan kritikan sekaligus dukungan dari internal partainya, PDI Perjuangan.
Kritikan mengemuka terkait dengan adanya keinginan menduetkan dirinya dengan Prabowo, padahal sebagai kader partai, Gibran seharusnya samina wa atonah dengan keputusan partai yang telah mendukung Ganjar Pranowo.
Sedangkan suara dukungan mengemuka dari kader yang setuju Gibran berpasangan dengan Ganjar, bukan Prabowo.
Terbaru, kini muncul intrik dan drama seputar pilihan politik anak bungsi Jokowi, Kaesang Pangarep. Suami dari Erina Gudono ini sedang berada dalam tontonan perihal cerita masuknya dia menjadi anggota PSI.
Kritikan muncul dari anggota dan simpatisan PDI Perjuangan. Hal ini terkait dengan AD/ART PDIP bahwa seorang anggota, seluruh keluarga intinya juga harus masuk PDIP, jika ingin berpolitik.
Tidak kalah seru dengan drama anak-anak penggede lainnya, kini muncul anak dari “calon penggede”, yakni anak-anak dari para bacapres. Sebagai pembuka, anak-anak para penggede ini mulai muncul dalam berbagai kosmetik politik.
Satu per satu mereka mulai “didandani” oleh pendukung-pendukung bapaknya, dan kemudian diekspose melalui media sosial.
Sebut saja, ada anak bacapres Ganjar Pranowo, yaitu Muhammad Zinedine Alam Ganjar atau disapa Alam.
Sementara Anies Baswedan, dari empat anaknya, salah satu yang kini mendapat sorotan adalah Mikail Azizi Baswedan.
Begitu juga dengan Didit Prabowo, anak Prabowo Subianto.