Peristiwa seperti ini bukan tanpa preseden. Jelang pemilihan umum tahun 2019 lalu, peristiwa yang nyaris serupa juga terjadi.
Kala itu, beredar foto-foto aktris masa lalu Ratna Sarumpaet dengan wajah lebam dan bekas luka. Lalu beredar di media sosial dengan narasi tambahan bahwa Ratna telah mengalami kekerasan oleh aparat.
Setelah terbukti bahwa narasi untuk foto-foto tersebut tidak sesuai dengan fakta, urusan pun beres. Para pihak yang dituduh sebagai sumber masalah masuk penjara pada akhirnya, yakni Ratna sendiri.
Faktanya foto-foto tersebut diambil setelah Ratna menjalani operasi wajah, bukan disebabkan karena mengalami kekerasan fisik oleh aparat.
Pendek kata, rumor harus segera dibuktikan, jika tidak terbukti, mari tinggalkan. "Merumorkan" rumor hanya akan menjadi pekerjaan sia-sia, tidak mendidik, dan akan menyita energi ruang publik kita untuk hal-hal yang tidak produktif.
Untuk itu, para elite yang terlibat harus menggiringnya segera kepada fakta, bukan kepada narasi-narasi tidak penting dan diplomatis yang justru membingungkan publik.
Karena memperdebatkan rumor hanya akan membuat banyak pihak justru menggiring bola ke luar lapangan, menjauh dari substansi.
Jika faktanya ada, bisa dibuktikan dan buktinya bisa diverifikasi secara publik, maka sudah layak dibicarakan di ruang publik berpanjang lebar hingga tuntas.
Namun jika tidak, mari kembali kepada fakta-fakta sebenarnya yang sedang dihadapi negeri ini. Lupakan rumor, fokus kepada masalah yang ada.
Apalagi menjelang pemilihan umum seperti saat ini, atas nama kepentingan politik, rumor bisa jadi tumor berbahaya yang bisa merusak rasionalitas publik.
Tukang rumor menebar rumor, bakal capres terkena rumor, presiden dan menteri ikut menanggapi rumor, para broker politik pun mengomoditifikasi rumor, sehingga kita semua akhirnya merumorkan rumor.
Lalu ketika divalidasi faktualitasnya, ternyata "rumor" itu pun hanya "rumor". Amit-amit. Jangan sampai negeri ini jadi negeri rumor.
Last but not least, di sini saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa rumor tentang penamparan dan pencekikan seorang wamen oleh seorang menteri yang dikabarkan juga sekaligus bakal capres bukanlah hal penting untuk dibicarakan di ruang publik.
Saya yakin hal semacam ini juga penting dalam konteks politik, karena terkait diri seorang bakal calon presiden yang akan berlaga nanti, tapi tentu syaratnya haruslah terpenuhi, yakni adanya fakta yang valid dan otentik.
Jika tidak, maka sebaiknya energi bangsa ini tak perlu dihabiskan untuk memasifkan rumor yang nyatanya hanya akan terus menggelinding sebagai rumor.
Padahal, masih banyak masalah yang sedang melanda negeri ini yang nyatanya sangat membutuhkan solusi secepat mungkin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.