JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD kembali santer terdengar sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) Ganjar Pranowo, yang diusung PDIP bersama Hanura, Perindo, dan PPP.
Sebelum didapuk menjadi menteri koordinator dalam periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo, namanya sempat masuk dalam bursa bacawapres pendamping Jokowi pada Pilpres 2019.
Baca juga: Lewat Pantun, Sekjen PDI-P Sebut Mahfud MD Bacawapres Tegak Lurus
Akan tetapi, pasangan Jokowi-Mahfud kandas di tengah jalan, setelah Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin dipilih jadi bakal calon presiden.
Kini, dalam dinamika politik menuju Pilpres 2024, nama Mahfud kembali santer digadang-gadang menjadi sosok yang tepat menjadi bacapres Ganjar.
Mahfud santer dan mendapat banyak dukungan saat berani mengungkap transaksi mencurigakan senilai Rp 349 triliun di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Beberapa survei pun menempatkan namanya di jajaran atas elektabilitas calon wakil presiden. Dalam survei Charta Politika Indonesia misalnya, ia berada di urutan ketiga elektabilitas bersama Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil.
Survei yang dilakukan melalui wawancara tatap muka pada 2-7 Mei 2023 itu menempatkan Mahfud dengan elektabilitas 15,2 persen.
Sementara nomor urut pertama dan kedua diisi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dengan elektabilitas 19,8 persen dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sebesar 18,4 persen.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya menduga, elektabilitas Mahfud sebagai cawapres melejit lantaran gaya komunikasinya sebagai pejabat publik berbeda dengan pejabat-pejabat lainnya.
"Pak Mahfud ini saya tidak tahu apakah ada pengaruh karena keberaniannya di Komisi III yang menampilkan gaya komunikasi politiknya yang agak berbeda dengan sebagian pejabat yang lain. Dan kadang-kadang publik atau netizen itu senang sekali gitu dengan dobrakan-dobrakan seperti itu," katanya saat itu.
Baca juga: PDI-P Yakin Mahfud dan Megawati Lebih Banyak Bahas Masalah Bangsa daripada Politik Praktis
Tak hanya itu, ia sempat mendapat tawaran menjadi cawapres Anies yang disampaikan langsung oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu. Namun, tawaran yang disampaikan Syaikhu bersama politisi PKS Al Muzzammil Yusuf itu ditolak.
Kedatangan keduanya ke rumah Mahfud kala itu memang dimaksudkan untuk penjajakan pencarian bakal cawapres untuk Anies, sebelum Partai Nasdem akhirnya menggandeng Ketum PKB Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Anies.
Saat namanya beredar, Mahfud sempat mengaku tidak berniat maju dalam Pilpres 2024 karena sudah 22 tahun berkarier mengemban jabatan publik.
Pun menyatakan trauma karena ia tak dipilih menjadi pendamping Jokowi di "detik-detik" akhir pada Pilpres 2019.
Belakangan ini, nama Mahfud kembali dibicarakan karena melangsungkan sejumlah pertemuan dengan elite partai politik.