KEAKTIFAN para bakal calon presiden seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto – penyebutan sesuai abjad - dalam berbagai acara patut diapresiasi. Momen tersebut digunakan sebagai wadah menggali gagasan dan pandangan mereka.
Sejumlah contoh, kehadiran dalam kegiatan seperti Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) di Makassar, Rakernas Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (APDESI) di Jambi, dan acara "Belajar Raya 2023" di Jakarta.
Acara tersebut memberikan kesempatan bagi para calon presiden untuk menyampaikan gagasan mereka sesuai dengan tema-tema yang diperbincangkan.
Dari runutan event di atas, kita bisa meneropong point of view (pov) persoalan kota, desa dan pendidikan. Menggairahkan dan memberi pencerahan.
Melalui pendekatan dialog secara langsung, tematik, dan praktis, para bakal capres telah membuka akses informasi yang lebih mendalam bagi masyarakat, sehingga membantu mengurangi fenomena "post-truth" yang dapat memengaruhi persepsi publik.
Di mana masyarakat hanya menerima informasi yang membenarkan atau menguatkan pandangan mereka sendiri, tanpa memperhatikan fakta atau kebenaran yang objektif.
Selain itu, forum tersebut dijadikan sebagai public sphere bagi masyarakat. Para bakal capres potensial memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat dalam dialog lebih mendalam tentang isu-isu relevan. Tempat berbagai pandangan, ide, gagasan yang dapat diperdebatkan dan dipertukarkan.
Memahami beragam sudut pandang dan membuat keputusan yang lebih komprehensif dalam menentukan pilihan calon pemimpin.
Menunggu masa kampanye dan debat resmi yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) sejatinya tidak cukup untuk menggali kedalaman dan pemahaman capres potensial.
Daripada berpangku tangan, akan lebih baik berjabat tangan dengan menggelar acara-acara yang menggali gagasan dan pandangan para bakal capres potensial lebih banyak dilakukan.
Di sisi lain, timses atau orang dekat capres juga harus terus mengingatkan kandidatnya untuk terbuka terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.
Apakah pada akhirnya diundang dalam sesi bersama atau sendiri-sendiri, itu perkara teknis. Karena yang lebih penting setiap kandidat secara “gentleman atau brave-women” mengambil tantangan atau ancaman sebagai peluang baik.
Sesungguhnya diskusi publik menjadi penting karena membantu mereka sendiri untuk memenangkan kompetisi demokrasi (how to win) dalam pemilihan dan cara memerintah (how to govern) saat menjabat sebagai pemimpin negara.
Ini merupakan langkah positif menuju pemilihan pemimpin yang lebih transparan dan akuntabel, serta meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses politik.
Dengan semakin banyaknya kesempatan seperti ini, wacana publik dapat tumbuh lebih berkualitas dan bermakna.