JAKARTA, KOMPAS.com - Peta perpolitikan nasional terus bergerak setelah pada akhir pekan lalu terjadi manuver dari Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Kedua partai politik itu memutuskan mendeklarasikan bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), serta mendukung bakal calon presiden KKIR Prabowo Subianto.
PAN dan Golkar sebenarnya sempat bergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun, dengan pernyataan dukungan ini, hampir pasti KIB bubar.
Apalagi PPP juga sudah menyatakan merapat kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres.
Baca juga: Enggan Disebut Gabung Koalisi KIR, PAN: Kita Kerja Sama Politik 4 Parpol
Deklarasi PAN dan Golkar yang bergabung dengan KKIR yang dihuni Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dilakukan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Minggu (13/8/2023).
Sebagai bukti bergabung dengan KKIR, PAN dan Golkar ikut meneken pakta kerja sama politik.
Pakta itu diteken oleh 4 ketua umum partai politik masing-masing, yakni Muhaimin Iskandar dari PKB, Zulkifli Hasan dari PAN, dan Airlangga Hartarto dari Golkar, serta Prabowo dari Gerindra.
Dalam kerja sama politik ini, Prabowo yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan mengatakan, masing-masing partai politik akan diberikan porsi yang sama untuk membahas nama calon pendamping Prabowo di Pilpres 2024.
Baca juga: Pilih Prabowo Ketimbang Ganjar, Golkar: Ini Koalisi Tengah
Sebelum kerja sama politik ini diteken setiap ketum parpol, mulai dari Airlangga, Zulkifli Hasan, dan Muhaimin terlebih dulu menegaskan pernyataan dukungan partainya masing-masing kepada Prabowo.
Dengan bergabungnya PAN dan Golkar maka KKIR saat ini mempunyai kekuatan suara cukup besar. Tercatat terdapat 4 partai yang lolos di parlemen bergabung di dalam KKIR yakni Gerindra, PKB, Golkar, PAN.
Sedangkan partai non parlemen yang mendukung KKIR adalah Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Aceh dengan status partai lokal.
Jika dilihat dari persentase masing-masing perolehan suara parpol anggota KKIR dalam Pemilu 2019 silam, koalisi itu sudah meraih 42,01 persen suara dari partai yang berada di parlemen, atau 265 dari 575 kursi di legislatif.
Baca juga: Anies Ziarah ke Makam Raja Mataram Islam di Kotagede, Bantul
Persentase itu sudah melampaui ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) 20 persen, seperti ditetapkan dalam Pasal 222 Undang Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Menurut hasil Pemilu 2019, Gerindra mendapatkan 12,57 persen suara, PKB mendapatkan 9,69 persen suara, Golkar mendapatkan 12,31 persen suara, PAN meraih 6,24 persen suara.
KKIR juga mendapatkan dukungan dari Partai Bulang Bintang (PBB) yang mempunyai 0,79 persen perolehan suara dalam pemilu 2019 lalu.
Sementara itu, poros Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden saat ini dihuni oleh Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dilihat dari persentase ketiga partai itu di parlemen, KPP meraih 28,4 persen dan sudah lolos ambang batas pencalonan presiden.
Baca juga: Rommy PPP Yakin Ganjar Bisa Menang Lawan Prabowo
Dari ketiga parpol yang tergabung di dalam KPP, Nasdem memiliki persentase posisi terbesar di DPR dengan 10,3 persen suara (59 kursi) dalam Pemilu 2019, diikuti Partai Demokrat sebesar 9,4 persen (54 kursi), dan PKS 8,7 persen (50 kursi).
Sedangkan poros PDI-P dan PPP yang mengusung bakal capres Ganjar Pranowo juga sudah melampaui presidential threshold.
Dalam Pemilu 2019, PDI-P meraih 19,33 persen suara dan PPP meraup 4,52 persen. Sehingga jika dijumlahkan maka perolehan suara mereka mencapai 23,85 persen.
Sedangkan dari sisi elektabilitas, menurut hasil jajak pendapat dari beberapa lembaga survei, Prabowo masih unggul dari Ganjar dan Anies.
Baca juga: Prabowo Sudah Didukung 4 Parpol, Anies Singgung Kemenangannya di Pilkada DKI
Menurut hasil survei Lembaga Survei Indonesia pada 1 sampai 8 Juli 2023, elektabilitas Prabowo masih yang tertinggi yakni mencapai 35,8 persen.
Sedangkan elektabilitas Ganjar menurut hasil survei LSI pada Juli 2023 mencapai 32,2 persen.
Kemudian elektabilitas Anies pada Juli 2023 mencapai 21,4 persen.
Target populasi survei LSI adalah warga Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel, sekitar 83 persen dari total populasi nasional.
Baca juga: Soal Deklarasi PAN dan Golkar untuk Prabowo, Ganjar: Itu Hak Mereka, Kita Hormati
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Dengan teknik RDD sampel sebanyak 1.242 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.
Margin of error survei diperkirakan sekitar 2.8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.
Sementara itu, menurut hasil survei Indikator Politik Indonesia pada pada 20-24 Juni 2023 terhadap 1.220 responden memperlihatkan elektabilitas Prabowo unggul dengan 36,8 persen.
Baca juga: Golkar dan PAN Dukung Prabowo, Anies: Kan dari Dulu Bukan Bagian dari Koalisi Kami
Sedangkan elektabilitas Ganjar Pranowo mencapai 35,7 persen dan Anies Baswedan mendapai 21,5 persen.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling. Adapun margin of error survei sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.