Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fathurrohman

Analis Kejahatan Narkotika

Kerumitan Memutus Jaringan Kejahatan Narkoba

Kompas.com - 04/08/2023, 14:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AWAL 2015 lalu, Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkap satu jaringan besar Wong Chi Ping (WCP).

Pengungkapan jaringan tersebut dianggap cukup prestisius bukan hanya karena jumlah barang bukti sabu yang mencapai hampir 1 ton, tapi juga jumlah anggota jaringan yang ditangkap, lamanya operasi penyelidikan, dan jumlah negara yang terlibat dalam jaringan tersebut.

Seperti rilis resmi BNN dan telah dipublikasikan di berbagai media, BNN bergandeng-erat dengan negara Tiongkok (Tiongkok daratan dan Hong Kong), Malaysia, dan Amerika Serikat sekaligus.

Operasi dimulai sejak 2012 dan berakhir awal 2015 dengan mengamankan sembilan anggota jaringan yang berasal dari tiga negara, Indonesia, Malaysia, dan Tiongkok (Hong Kong).

Ketika itu, para pelaku hanya menjawab bahwa mereka diminta menunggu perintah berikutnya untuk dibawa ke mana sabu yang diduga diproduksi di daerah Golden Triangle tersebut.

Narkoba sabu tersebut dijemput di titik koordinat sekitar Laut Jakarta dan mereka melakukan transaksi dengan metode ship to ship.

Dalam situasi tersebut, BNN dinyatakan berhasil mengungkap jaringan kejahatan narkotika walaupun bukan serta merta dianggap memutus jaringan.

Mengungkap berarti sifat klandestin (rahasia) dari jaringan kejahatan terungkap ke permukaan. Sementara memutus berarti jaringan-jaringan yang terbentuk menjadi terputus alias terpisah.

Aktor jaringan yang ditangkap lalu dipenjara dapat disebut terpisah atau terputus dari jaringan kejahatan narkotika tersebut.

Namun, penjara tidak dapat benar-benar dianggap membuat narapidana terputus dari jaringan kejahatan narkotika karena berbagai temuan para narapidana masih dapat berbisnis walaupun dari dalam jeruji besi.

Kembali ke cerita kasus pengungkapan jaringan WCP. Jumlah besar sabu yang mencapai 862 kg tentu saja akan dijual dan dipastikan sudah ada calon pembelinya. Pertanyaan berikutnya, siapa dan berapa pihak yang akan membeli sabu sebanyak itu?

Belum lagi jika kita menelusuri rantai produksi yang diduga di Golden Triangle. Ada banyak aktor jaringan yang tidak terungkap.

Sementara upaya pengejaran yang dilakukan oleh petugas Malaysia dan Hong Kong terkait pelaku yang ada di dua negara tersebut pun, sejak 2015, belum ada perkembangan apapun.

Struktur jaringan kejahatan

Jika saja 862 kg sabu tersebut dijual kepada sembilan pembeli di Indonesia yang masing-masingnya membeli 100 kg atau kurang, maka sembilan pembeli tersebut tentu juga mempunyai konsumen masing-masing.

Konsumen berikutnya adalah para pembeli puluhan kilogram, pembeli satuan kilogram, lalu ratusan gram, puluhan gram dan berakhir pembeli paket pakai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

21 Persen Jemaah Haji Indonesia Berusia 65 Tahun ke Atas, Kemenag Siapkan Pendamping Khusus

21 Persen Jemaah Haji Indonesia Berusia 65 Tahun ke Atas, Kemenag Siapkan Pendamping Khusus

Nasional
Jokowi Sebut Impor Beras Tak Sampai 5 Persen dari Kebutuhan

Jokowi Sebut Impor Beras Tak Sampai 5 Persen dari Kebutuhan

Nasional
Megawati Cermati 'Presidential Club' yang Digagas Prabowo

Megawati Cermati "Presidential Club" yang Digagas Prabowo

Nasional
Anwar Usman Dilaporkan ke MKMK, Diduga Sewa Pengacara Sengketa Pileg untuk Lawan MK di PTUN

Anwar Usman Dilaporkan ke MKMK, Diduga Sewa Pengacara Sengketa Pileg untuk Lawan MK di PTUN

Nasional
Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Nasional
Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Nasional
Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Nasional
Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Nasional
Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Nasional
Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Nasional
Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Nasional
Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Nasional
KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

Nasional
Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Nasional
100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com