JAKARTA, KOMPAS.com - Sepak terjang opsir militer Belanda yang terkenal kejam, Kapten Raymond Pierre Paul Westerling, berakhir pada 1948 setelah dicopot dari kedinasan.
Dia dicopot karena dianggap brutal dan kejam saat menghadapi perlawanan para pejuang kemerdekaan di Sulawesi Selatan sekitar 1946 sampai 1947.
Sekitar 1.700 orang meninggal akibat kekejaman Westerling dan pasukannya.
Setelah mengabdi di militer Belanda sejak 1941, Westerling kemudian menanggalkan seluruh atribut dan status ketentaraan kemudian menjadi warga sipil.
Baca juga: Alasan Pemberontakan Westerling Memakai Nama Perang Ratu Adil
Sebenarnya sejak 1945, atau ketika aktif di militer, Westerling menjalin hubungan asmara dengan seorang janda berkebangsaan Prancis yang bermukim di Jawa Barat, Yvonee Fourtier.
Setelah tidak menjadi tentara, Westerling kemudian kembali mendatangi Yvonne dan memulai hidup baru di Cililin, Jawa Barat. Meski begitu, pernikahan keduanya baru berlangsung pada 1949.
Sebelum keduanya menikah, Westerling dan Yvonne pindah dari Cililin ke daerah Pacet, Jawa Barat.
Padahal ketika itu Westerling sudah memiliki seorang istri yang bermukim di London, Inggris. Keduanya bertemu ketika Westerling mengikuti pelatihan militer sebelum diterjunkan di front Eropa dan Asia. Akan tetapi, pernikahan dengan istri pertamanya kandas.
Baca juga: Raymond Westerling, Hitler dari Belanda
Di sana dia mulai merintis bisnis jasa angkutan truk atau Besteldienst.
Dengan memanfaatkan koneksinya dia berhasil mendapatkan sejumlah uang dari rekannya yang seorang pengusaha Tionghoa.
Setelah itu, dia menghubungi bekas komandannya, Letnan Jenderal Hendrik Simon Spoor, buat meminta bantuan supaya bisa membeli truk bekas militer.
Dalam buku Westerling, Kudeta yang Gagal (2007), Jenderal Spoor kemudian mengabulkan permintaan Westerling dengan memberikan 2 buah truk bekas militer Belanda masing-masing berbobot 3 ton.
Truk itulah yang dia gunakan buat mengangkut hasil bumi seperti sayuran, buah, dan berbagai hal lainnya dari sawah, ladang, dan kebun milik para penduduk setempat ke kota seperti Bandung dan Jakarta.
Baca juga: Cerita Abdul Halik Saksikan Langsung Ayahnya Dibunuh Anak Buah Westerling
Bisnis Westerling itu berjalan cukup baik dan menjadi sumber penghasilan buat menghidupi keluarganya. Sebab saat itu Yvonne melahirkan seorang anak lelaki dari pernikahan dengan Westerling.
Usaha itu berkembang dan Westerling yang tadinya menyupir langsung truk itu kemudian mulai mempekerjakan sopir.
Hal yang unik dari bisnis Westerling adalah tidak ada bandit yang pernah berani mengusik truk ataupun muatannya.
Ketika dicegat oleh gerombolan pencoleng atau bandit di jalan, sopir-sopir truk milik Westerling pun tidak ketakutan.
"Ini kendaraan Westerling," kata para sopir.
Baca juga: Kisah Amin Daud Korban Pembantaian Westerling: Tahanan Diikat, Diberondong Tembakan
Mendengar perkataan itu, para gerombolan itu pun mengurungkan niatnya untuk berbuat jahat ketimbang repot berurusan dengan sang algojo.
Di sisi lain, truk-truk itu juga yang digunakan oleh Westerling buat mengangkut persenjataan buat milisi gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang meneror penduduk dan aparat keamanan di Bandung dan Jakarta pada 23 Januari 1950.
Upaya pemberontakan itu gagal dan membuat Westerling menjadi buronan. Peristiwa berdarah itu merenggut nyawa 94 prajurit Divisi Siliwangi TNI, termasuk Letkol Lembong.
Meski sempat ditangkap, dia kemudian lari ke Singapura dan Belgia, kemudian tiba di Belanda pada 28 Agustus 1950.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.