Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan Pahit Teror Westerling Lewat Mahkamah Militer Rakyat

Kompas.com - 03/08/2023, 23:17 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Selepas Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, kondisi sosial, politik, serta pertahanan dan keamanan belum stabil.

Selain itu, pemerintah Belanda juga berupaya kembali menduduki wilayah jajahannya setelah Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu.

Hal itu memicu berbagai gejolak di masyarakat. Pada masa itu juga terjadi berbagai konflik berdarah antara gerilyawan dan pasukan Republik Indonesia melawan tentara Belanda.

Salah satu opsir Belanda yang disegani oleh pejuang Indonesia adalah Kapten Raymond Pierre Paul Westerling. Dia mendapat julukan de Turk atau Turco karena tumbuh besar di Turki.

Baca juga: Alasan Pemberontakan Westerling Memakai Nama Perang Ratu Adil

Ayahnya adalah warga Belanda, Paul Westerling, yang berprofesi sebagai pedagang barang antik. Sedangkan sang ibu, Sophia Moutzou, adalah putri dari keluarga terpandang keturunan Yunani.

Westerling mempunyai seorang kakak perempuan bernama Palmyra. Mulanya orang tua serta kakaknya tak setuju Westerling menjadi tentara.

Akan tetapi, sebagai lelaki muda yang ketika itu mempunyai semangat menggebu maka Westerling nekat melamar menjadi tentara dan lolos.

Karena negeri leluhurnya, Belanda, saat itu dijajah Nazi Jerman, Westerling terbang ke Inggris buat berlatih menjadi tentara dan berhasil lolos kualifikasi komando.

Westerling kemudian dikirim ke Eropa buat melawan Nazi Jerman. Setelah Jerman kalah, dia ditarik ke Sri Lanka dan Indonesia.

Baca juga: Raymond Westerling, Hitler dari Belanda

Dalam buku Westerling, Kudeta yang Gagal (2007), kekejaman Westerling dan pasukannya di beberapa daerah merenggut nyawa puluhan ribu nyawa rakyat dan pejuang.

Westerling diberi tugas mengamankan wilayah Sulawesi Selatan sekitar 1946 sampai 1947.

Menurut penelitian TNI, sekitar 1.700 warga dan pejuang setempat meninggal akibat aksi brutal Westerling bersama pasukannya.

Sedangkan menurut versi militer Belanda, Westerling dan pasukannya merenggut nyawa 1.000 pejuang dan 1.000 warga sipil yang diduga terlibat aksi perlawanan atau dijuluki ekstremis.

Yang dilakukan Westerling buat menghadapi perlawanan para pejuang di Sulawesi Selatan adalah dengan membentuk Mahkamah Militer Rakyat.

Baca juga: Cerita Abdul Halik Saksikan Langsung Ayahnya Dibunuh Anak Buah Westerling

Caranya adalah dia mengumpulkan penduduk di sebuah lapangan kemudian mengancam mereka dengan senjata api buat menunjukkan siapa saja pihak-pihak yang menjadi milisi atau gerilyawan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Nasional
Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Nasional
PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara 'Gaib' di Bengkulu

PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara "Gaib" di Bengkulu

Nasional
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, KIP: Merupakan Informasi Terbuka

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, KIP: Merupakan Informasi Terbuka

Nasional
WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

Nasional
Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Nasional
Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Nasional
Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Nasional
Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Nasional
Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Nasional
Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Nasional
KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

Nasional
Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Nasional
Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Nasional
Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Kapolri Beri Penghargaan ke 11 Personel di Pegunungan Bintang, Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com