Publik sangat meyakini kenyataan tersebut karena jabatan wakil menteri yang didapat oleh Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi, satu-satunya ketua umum barisan relawan yang mendapat jabatan prestisius di pemerintahan.
Selanjutnya, keberhasilan Prabowo dalam membangun narasi "keterjepitan Indonesia secara geopolitik di tataran regional dan global", ikut berimbas pada penguatan aspirasi politik generasi muda atas kehadiran kepemimpinan yang tegas dan cakap dalam urusan internasional (cq Probowo).
Stategi ini seiring dengan keberhasilan Prabowo dalam membangun narasi bahwa Prabowo adalah penerus Jokowi dan pendukung semua kebijakan Jokowi masa mendatang, dengan terus memuji Jokowi dalam setiap kesempatan publik yang dimiliki Prabowo.
Selain strategi yang diterapkan Prabowo dan barisan pendukungnya, Prabowo mendapat limpahan suara dari barisan labil atau calon-calon pemilih Anies Baswedan karena serangan hukum yang menimpa gerbong politik Anies.
Kasus hukum yang menerpa Partai Nasdem tidak hanya menekan jumlah pemilih Nasdem, tapi juga ikut mendera dukungan publik kepada Anies.
Dan tidak bisa dipungkiri, tekanan elektoral yang dialami Anies akan menguntungkan Prabowo. Karena nyaris kecil kemungkinan kantong pemilih Anies akan berpindah ke Ganjar, jika terjadi terjangan politik yang kurang menguntungkan Anies Baswedan.
Hal yang sama berpeluang terjadi di kantong pemilih mengambang (floating mass) yang berpotensi memilih Ganjar Pranowo karena aspirasi politik PDIP atas sistem pemilu proporsional tertutup tempo hari.
Sekalipun isu yang didukung PDIP memiliki basis konstitusional yang jelas, nyatanya isu tersebut cenderung ditolak publik. Sehingga aspirasi politik Partai Berlogo Banteng moncong putih tersebut ikut mengganggu dukungan publik kepada Ganjar Pranowo.
Dengan semua dinamika politik belakangan yang cenderung berpihak kepada Prabowo, beberapa hal perlu dilakukan oleh Ganjar Pranowo, PDIP, dan semua perangkat pemenangan Ganjar.
Pertama, PDIP dan Ganjar harus menggandeng Jokowi sesering mungkin di ruang publik dalam berbagai kesempatan, agar tidak berkembang isu adanya jurang pemisah antara Jokowi dan PDIP pun dengan Ganjar Pranowo.
Kedua, secara teknis perlu dilakukan "counter visual content" dengan memunculkan Alat Peraga-Alat Peraga Caleg PDIP dan partai koalisi yang menggambarkan kebersamaan Ganjar Pranowo dengan Jokowi.
Sebaiknya jumlahnya lebih masif dibanding caleg-caleg Gerindra, dengan jenis Alat Peraga yang jauh lebih beragam, mulai dari spanduk, billboard, selebaran, dan konten-konten sosmed.
Sementara itu, dari sisi barisan relawan, perlu adanya konsolidasi Relawan Ganjar dan PDIP di satu sisi sembari melakukan pendekatan secara masif kepada Relawan Jokowi, terutama Projo.
Ganjar nampaknya harus lebih berani lagi mendekatkan diri kepada Relawan-Relawan Jokowi, mengadakan pertemuan khusus atau melibatkan Relawan-Relawan Jokowi dalam aktifitas-aktifitas politik Ganjar.
Langkah ini sangat diperlukan untuk membuka pintu negosiasi politik yang lebih serius di antara kedua belah pihak.
Harus diakui bahwa dalam setahun terakhir, Relawan Jokowi sekelas Projo yang ketua umumnya ada di dalam Kabinet Jokowi sebagai Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi lebih berpeluang memiliki jadwal bertemu Prabowo ketimbang Ganjar Pranowo.
Kemudian, pada tataran personal, Ganjar Pranowo harus mulai memberi narasi-narasi yang lebih besar dan strategis pada setiap momen yang dihadiri Ganjar, terutama narasi yang tidak dikuasai Prabowo, seperti ekonomi, sosial, budaya, politik, demokrasi, dan lain lain.
Seperti kunjungan ke pasar, semestinya tidak berujung dengan menelpon gubernur daerah bersangkutan seperti yang sempat dilakukan Ganjar tempo hari.
Semestinya Ganjar melempar narasi tentang signifikansi pasar dalam perekonomian nasional, narasi tentang idealitas pasar, visi misi tentang pasar di masa depan, visi misi tentang tantangan dan strategi pasar menghadapi era digital, dan peran pasar dalam upaya menciptakan kesejahteraan untuk seluruh pelaku pasar nasional, dan sebagainya.
Begitu juga saat Ganjar berkunjung ke komunitas nelayan, petani, seniman, dan komunitas lainnya. Narasi-narasi besar yang menggambarkan Ganjar sebagai seorang calon pemimpin nasional harus diutamakan.