Dihubungi terpisah, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera memilih untuk bersikap di tengah. Ia menawarkan usulan Nasdem mendorong Yenny Wahid sebagai bakal cawapres Anies karena bisa menambah basis suara KPP pada kontestasi elektoral mendatang.
Di sisi lain, Mardani menganggap sikap Demokrat tak berlebihan jika meminta kursi bakal cawapres. Sebab, Demokrat juga berkepentingan untuk mendapatkan ekor jas dari pendamping Anies.
“Kalau teman-teman Nasdem sudah mulai dapat efek ekor jasnya Mas Anies, PKS sama Mas Anies juga dekat. Tapi, teman-teman Demokrat kan wajar (meminta efek ekor jas bacawapres),” katanya.
Sementara itu, ia mengatakan, bagi PKS yang terpenting siapa pun figur yang dipilih Anies, akhirnya bisa merekatkan KPP.
“Walaupun, lagi-lagi nanti apapun keputusannya, (bacawapres) mesti mensolidkan koalisi kita,” ujar Mardani.
Baca juga: PKS Sebut Usulan Yenny Wahid Jadi Cawapres Anies Sudah Ada Sejak Awal
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai saat ini KPP tengah diuji melalui ego sentris Nasdem dan Demokrat.
Belum senafasnya kedua parpol itu soal pendamping Anies menjadi ujian paling besar berlayarnya poros perubahan pada Pilpres 2024.
“Tinggal kita uji, apakah kepentingan Demokrat dan Nasdem akan tetap gontok-gontokan atau tetap ngotot sampai Oktober pendaftaran (bacapres-bacawapres) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau ada perdamaian di dalamnya,” kata Adi pada Kompas.com, Jumat (30/6/2023).
Dalam pandangannya, Demokrat sadar bahwa keberadaan mereka menentukan apakah KPP bisa tetap bertahan sampai pilpres mendatang atau tidak.
Pasalnya, pengusungan Anies bakal gagal jika Demokrat yang saat ini juga tengah membangun kedekatan dengan PDI-P, hengkang.
Sebab, Anies akhirnya tak memenuhi syarat untuk maju karena partai pengusungnya tak memenuhi syarat presidential threshold minimal 20 persen kursi di DPR RI.
Baca juga: Nasdem Nilai Yenny Wahid Bakal Tambah Dukungan Suara untuk Anies
Menurutnya, Demokrat dan PKS sebenarnya bisa menggugat Nasdem untuk meminta hak pengusungan bakal cawapres. Sebab, Nasdem sudah menggunakan haknya untuk mengusulkan bakal capres.
Namun, Adi mengatakan, PKS tidak terlampau agresif seperti Demokrat untuk mendorong bakal cawapres usulannya.
“Demokrat juga layak bertanya apa yang kemudian membuat Anies tidak mau menjadikan AHY cawapres? Bukankah AHY secara politik Ketua Umum Demokrat yang menggenapi dan mengunci ambang batas pencalonan presiden?” ujar Adi.
“Bukankah AHY itu dari segi elektabilitas jauh di atas Yenny? Bukankah AHY lebih mewakili wajah oposisi ketimbang Yenny yang memang kedekatan dengan pemerintah cukup kuat? Jadi AHY itu unggul dari segala-galanya ketimbang Yenny,” katanya lagi.
Terakhir, Adi menyampaikan bahwa pertanyaan publik sangat mungkin sama dengan keresahan Demokrat yang terus mempertanyakan kenapa KPP tak mengusung Anies-AHY untuk menghadapi Pilpres 2024.
Ia lantas mengatakan, negosiasi antara Nasdem dan Demokrat bakal menjadi faktor utama guna menentukan apakah Anies dapat menjadi salah satu kontestan kursi RI-1 selanjutnya.
“Kalau Demokrat Nasdem tidak ketemu soal cawapres, ya tentunya akan deadlock, Koalisi Perubahan wasalam, tinggal nama,” ujar Adi.
Baca juga: Nasdem Klaim Demokrat dan PKS Bakal Legawa jika Anies Pilih Yenny Wahid Jadi Bacawapres
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.