Pertama, kita harus memberikan waktu untuk secara inklusif mendengarkan persepsi orang lain sebagai perbandingan dengan tetap mengedepannya rasionalitas dan objektivitas.
Kedua, kita perlu meningkatkan literasi media, khususnya literasi komunikasi digital, baik di lingkungan pendidikan formal maupun masyarakat untuk memahami mekanisme, teknik dan trik media sosial supaya tidak mudah dimanipulasi berita provokatif.
Ketiga, mengutamakan sikap kritis dan skeptis terhadap semua narasi yang berkembang di media sosial dengan membudayakan perilaku fact-checking untuk memverifikasi validitas berita yang dikonsumsi di kanal-kanal berita resmi sebagai perbandingan.
Kita harus memeriksa sumber berita dengan meneliti laman situsnya, redaksi, detail visual, dan aktif mengecek laman Kominfo serta memanfaatkan berbagai aplikasi penangkal hoax untuk mengecek kebenaran berita.
Tidak hanya itu, jurnalisme juga memiliki peran penting dalam menangkal hoax dengan mengedepankan etika profesionalitas, kualitas berita yang bisa dipertanggungjawabkan ketimbang sensasi yang lebih berorientasi pada profit semata.
Mari kita lawan gempuran hoax di era post-truth demi menciptakan iklim politik negara yang ‘sehat’. Menjunjung tinggi demokrasi serta menjaga keberagaman yang sudah menjadi ‘takdir’ sekaligus kekuatan bangsa ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.