Namun demikian, keempat nama ini, di samping tokoh-tokoh populer lain, sebenarnya memiliki kekuatan elektabilitas yang relatif seimbang.
Yang berbeda di antara empat nama ini adalah Airlangga Hartarto karena dia sekaligus adalah ketua partai tiga besar di Indonesia, yakni Golkar.
Airlangga bukan hanya memiliki nilai popularitas personal, tapi juga memiliki mesin partai yang berbasis di wilayah-wilayah yang sejauh ini bukan basis massa utama Ganjar maupun PDIP.
Karena itu, koalisi PDIP-Golkar atau Ganjar-Airlangga menjadi cukup masuk akal dilihat dari aspek latar belakang basis massa kedua kubu politik ini.
Selain elektabilitas personal dan latar belakang sosiologis, aspek kualitas atau karakter personal mungkin juga bisa menjadi pertimbangan.
Survei SMRC (November 2022) menunjukkan dua kualitas personal terpenting untuk seorang tokoh politik di mata publik adalah kedekatan dengan rakyat dan integritas.
Survei ini menunjukkan bahwa umumnya tokoh-tokoh partai dipersepsi dekat dengan rakyat, tapi kurang bersih atau kurang bersih dari korupsi.
Dengan demikian, munculnya tokoh dengan kualitas personal yang bersih atau dipersepsi memiliki integritas tinggi berpeluang menambah bobot para bakal calon presiden yang ada saat ini.
Nama seperti Mahfud MD atau Sri Mulyani menjadi relevan untuk juga dipertimbangkan.
Aspek keempat yang patut diperhitungkan tentu saja adalah partai politik. Pada Koalisi Perubahan, misalnya, ada sejumlah nama yang mencuat untuk menjadi pendamping Anies.
PKS mengajukan tokohnya seperti Ahmad Heryawan. Nasdem menyebut sejumlah nama seperti Andika Perkasa atau Khofifah Indar Parawansah, dan Demokrat mengajukan ketua umumnya, Agus Harimurti-Yudhoyono (AHY).
Di antara tokoh-tokoh ini, ada dua yang cukup menonjol dari sisi popularitas dan elektabilitas: Khofifah dan AHY.
Dalam studi eksperimental yang dilakukan SMRC (Maret 2023), ditemukan bahwa dalam simulasi dua nama, Khofifah dan AHY jika mendampingi Anies melawan Ganjar bisa menaikkan suara Anies dalam head to head malawan Ganjar.
Namun demikian, AHY memiliki modal politik yang lebih besar karena dia adalah ketua umum Partai Demokrat.
Jika AHY tidak dicalonkan sebagai pendamping Anies, misalnya, terbuka kemungkinan bagi partai ini untuk mencabut dukungan.
Jika itu terjadi, maka syarat formal dukungan partai bagi Anies untuk maju dalam pemilihan presiden tidak akan mencukupi.
Di luar dari pertimbangan elektabilitas, basis sosiologis, kualitas personal, dan kekuatan partai politik, tentu faktor-faktor lain juga perlu dihitung, misalnya kedekatan psikologis antar-elite, ideologi partai, dan kekuatan logistis calon.
Akan sulit mencari faktor tunggal dalam penentuan Cawapres pada masing-masing poros koalisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.