BALI, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki sifat selayaknya bumi yang menjadi tempat berpijak seluruh makhluk hidup.
Menurut dia, hal itu telah menjadi prinsip bagi Ganjar dalam menjalankan tugasnya memimpin Jawa Tengah.
"Jadi, kalau jadi pemimpin ya siap diinjak kepalanya oleh rakyat karena tuannya rakyat," kata Ganjar dalam pidato sambutannya di acara penandatanganan nota kesepahaman bidang kesenian antara Jawa Tengah dan Bali, di Sanur, Bali, Jumat (16/6/2023).
Hal itu disampaikan Ganjar di hadapan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri yang turut hadir dalam acara.
Baca juga: Bursa Cawapres Ganjar, Megawati Diprediksi Pilih Figur yang Tak “Ancam” PDI-P di Pemilu 2029
Ganjar menuturkan bahwa bumi menjadi salah satu prinsip kepemimpinan yang diajarkan leluhur.
Ganjar melanjutkan bahwa bumi juga mengajarkan kesabaran bagi seorang pemimpin. Kesabaran, kata dia, akan memunculkan trust atau rasa percaya dari rakyat.
Ganjar juga meyakini, kekuatan utama sebuah negara adalah kepercayaan rakyat kepada pemimpin.
Prinsip kedua adalah matahari, di mana pemimpin memberikan energi dan membuka kesadaran.
Menurut Ganjar, matahari juga menyinari dan mendorong kolaborasi, memberikan semangat ke rakyat agar bersemangat.
Baca juga: Di Depan Megawati, Koster Minta Bupati Se-Bali Menangkan Ganjar di Pilpres
Ia mencontohkan bagaimana kemampuan pemimpin sebagai matahari, yakni ketika terjadi pandemi Covid-19.
"Ketika semuanya stres, tidak ada ilmunya, semuanya harus melakukan improvement. Dan kalau tidak teguh seperti matahari yang menyinari, enggak bisa memberikan energi, pasti semua sudah loyo,” kata Ganjar.
Sifat ketiga adalah bulan yang memberikan ketentraman dan kedamaian meski di tengah kegelapan.
Keempat adalah bintang, ciri pemimpin yang mampu menjadi penunjuk arah di tengah kegelapan dan mampu memberikan inspirasi.
Baca juga: Peluang Sandiaga Jadi Cawapres Ganjar Dinilai Tipis, Terganjal Restu Megawati
“Saya dididik di sekolah, di keluarga dan di partai, maka kalau kita kalau mau belajar keteguhan, belajar dari Bu Mega. Kurang apa coba beliau menyiapkan diri, tahun 1996 digempur habis-habisan. Ibu Mega masuk kualifikasi Hasta Brata, tenang, tidak marah, melawan dengan konstitusi," ujarnya.
"Dan kepercayaan (rakyat) itu ada sejak saat itu sampai dengan hari ini. Itu keteguhan,” urai Ganjar disambut tepuk tangan ratusan peserta acara.