Tak jarang kita terjebak dalam pandangan sempit, melihat fenomena tersebut hanya sebagai sumber hiburan atau sebagai bukti nyata dari kegagalan demokrasi kita.
Seharusnya, kita melihat ini sebagai cermin yang menunjukkan realitas sistem politik kita saat ini, dan sebagai alat untuk refleksi diri serta introspeksi atas bagaimana kita menangani demokrasi.
Kelelahan demokrasi yang kita alami saat ini bukan suatu kondisi yang tak bisa dihindari, sebaliknya ini merupakan tantangan.
Tantangan untuk memperbaiki sistem kita, untuk membangun kembali kepercayaan kita terhadap demokrasi.
Paling penting, tantangan untuk memastikan bahwa demokrasi kita benar-benar mewakili aspirasi dan kebutuhan rakyat, bukan sekadar menjadi tontonan yang mengundang tawa di layar televisi.
Demokrasi sejatinya adalah representasi dari aspirasi rakyat, bukan sebuah panggung pertunjukan.
Apabila wawancara Aldi Taher bisa mengundang gelak tawa, maka kita harus memahami bahwa tawa tersebut bukan simbol kegembiraan, melainkan simbol ironi dari realitas demokrasi kita saat ini.
Sejatinya, demokrasi melibatkan bagaimana kekuasaan digunakan untuk kebaikan bersama. Edukasi dan partisipasi aktif mencegah kelelahan demokrasi dan memastikan adaptasi demokrasi terhadap perubahan.
Demokrasi bisa menjadi sumber harapan jika dikelola dengan benar. Kita perlu memanfaatkan setiap peluang, merespons fenomena tertentu— termasuk wawancara Aldi Taher— untuk introspeksi dan memperbaiki sistem kita.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.