Ada pula yang berkomentar, perjumpaan itu hanya sensasi atau gimik remaja milenial.
Memang sampai saat ini gerak-gerik para bakal calon presiden nampak masih menikmati adu gimik untuk menarik perhatian publik.
Ini seperti yang ditulis Iqbal Basyari di Kompas halaman 3, Jumat, 26 Mei 2023, berjudul “Menanti Gagasan Para Bakal Capres”.
“Gagasan dan program dari setiap bakal calon belum tampak,” tulis wartawan politik yang mengutip pernyataan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi.
Tentang mengumandangkan gagasan atau program mungkin kita bisa belajar dari Jokowi dalam debat pertama capres di Jakarta, Senin 9 Juni 2014, sembilan tahun lalu.
Ketika itu, Jokowi menyerukan di depan Prabowo dan Hatta Rajasa tentang tradisi baru capres.
“Ya, tradisi yang baru, tradisi yang baru (diucapkan dua kali) ini harus kita mulai bahwa yang menjadi capres tidak harus ketua umum partai, seperti saya dan pak JK bukan ketua umum partai. Ini tradisi baru yang harus kita mulai dan saya kira dengan cara-cara seperti ini, nanti yang akan maju yang terbaik, bukan yang ketua partai,” ujar Jokowi yang mendapat tepuk sorak sebagian hadirin yang bukan pendukung Prabowo saat itu.
Ucapan Jokowi ini bisa dilihat dalam buku berjudul “Janji-Janji Jokowi-JK /(Jika) Rakyat Tidak Sejahtera, Turunkan Saja Mereka” halaman 274.
Buku ini ditulis oleh Ismantoro Dwi Yuwono yang dicetak pertama kali tahun 2014 dan diterbitkan oleh Media Pressindo, Jakarta.
Dalam debat capres, Senin 9 Juni 2014 itu, Jokowi juga punya gagasan tentang pemerintahan koalisi partai yang ramping dan bukan bagi-bagi kursi menteri.
“Sejak awal sudah kami sampaikan, sejak awal sudah kami sampaikan (kalimat ini diulang dua kali), sebuah koalisi, sebuah kerjasama yang ramping. Tidak banyak parpol yang bergabung tidak apa-apa, tetapi yang paling terpenting adalah bahwa dalam bekerja nantinya kita mengedepankan kepentingan rakyat, bukan membagi-bagi menteri di depan, bukan membagi-bagi kursi di depan. Yang paling penting adalah, sejak awal sudah kami sampaikan, kerjasama kita adalah koalisi kerjasama ramping. Ini untuk menghindari nantinya, yang terjadi tidak hanya bagi-bagi kursi,” demikian transkrip ucapan Jokowi dalam debat yang dimuat di halaman 273 buku itu.
Ada gagasan lain yang disampaikan Jokowi dalam debat capres kedua hari Minggu, 15 Juni 2014. Ini perlu direnungkan, dipelajari dan dikaji para bakal calon presiden nanti.
“Infrastruktur di negara kita ini, menurut saya, ke depan, yang paling penting adalah tol laut. Tol laut ini sangat penting sekali, sehingga yang namanya kapal, dari barat sampai ke timur, dari ujung Sumatera sampai nantinya di Papua, itu selalu ada, bolak-balik-bolak-balik…………..Tidak seperti sekarang ……..karena infrastruktur tidak dibangun berdasarkan kelautan, karena kita adalah negara maritim dan laut tidak diberi perhatian…..Kedua, dan laut, transportasi laut merupakan trasnportasi yang sangat murah.”
Demikian antara lain ucapan Jokowi yang ditranskrip dan dimuat di halaman 306 buku berjudul “Janji-Janji Jokowi-JK - (Jika) Rakyat Tidak Sejahtera, Turunkan Saja Mereka!”.
Jangan sampai infrastruktur tol laut sekarang diucapan dengan ucapan “itu sudah ke laut”.
Politik lucu ya? Ada teman yang bilang politik itu bukan hanya lucu, tapi juga bisa menebarkan sistem “cucurut cungkringisme”. Maksudnya, gema suaranya terdengar, tapi tidak nampak wujudnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.