Ketika membaca berita Kompas yang saya bikin dan dimuat di harian Kompas halaman 6 hari Rabu 17 September 2003, saya saat ini setuju apa yang dikatakan Pramono dan Mangara tentang polling yang kini lebih sering disebut survei.
Mungkin survei diadakan dengan jujur dan tidak direkayasa. Namun hal itu bagi saya bukan menjadi jaminan mutlak untuk kebenaran hasilnya nanti.
Rasanya tidak perlu saat ini mendewakan atau memberhalakan hasil survei. Tidak perlu. Namun kalau siapa pun mau membayar lembaga survei silakan saja, karena mereka perlu lapangan kerja dan penghasilan. Perlu iklan atau infotorial.
Inspirasi untuk menulis kembali berita tentang menteri yang mencalonkan untuk jadi presiden itu muncul setelah terjadi pembahasan publik tentang perjumpaan Gibran Rakabuming Raka bersama para relawan Jokowi- Gibran dengan Prabowo Subianto di Solo, Jumat, 19 Mei 2023 lalu.
Dalam pertemuan itu, para relawan menyatakan mendukung Prabowo untuk jadi calon presiden dalam pemilihan presiden 2024 nanti.
Dalam diskusi publik, ada yang mengatakan perjumpaan itu bisa diterima, karena yang satu wali kota Solo dan satu lagi menteri pertahanan dalam kabinet Jokowi. Jadi keduanya adalah sesama bawahan pemerintahan Jokowi.
Namun ada pula yang mempermasalahkan, karena Gibran dan Jokowi adalah “kader” atau petugas partai, PDI Perjuangan.
Dan Prabowo adalah Ketua Umum Partai Gerindra. PDI Perjuangan mencalonkan Ganjar Pranowo dan Gerindra calonkan Prabowo.
Karena perjumpaan Gibran dan Prabowo ini dalam suasana politik seperti sekarang ini, DPP Perjuangan memanggil Gibran ke Jakarta. Terjadilah klarifikasi politis.
Keriuhan di dunia politik jelang Pilpres 2024 ini mungkin bisa diberi konteks etika politik versi Pramono Anung, Roy BB Janis, dan Mangara Siahaan yang dikemukakan 20 tahun lalu.
Etika politik semacam itu mungkin bisa menjadi salah satu acuan atau referensi untuk melihat dan membaca pertemuan Gibran – Prabowo itu.
Apakah etika politik semacam itu sudah tidak berlaku saat ini? Ini pertanyaan saja yang bisa dijawab hati pembaca artikel ini.
Pramono tentu tidak perlu memberi komentar. Diam saja. Diam saja dulu seperti Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono sampai hari ini (Kamis 25 Mei 2023), setelah mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengoreksi “gemerlapnya” jalan tol yang merupakan bagian dari “gemerlapnya” pembangunan infrastruktur masa rezim ini.
Kembali pada persoalan perjumpaan Gibran bersama para relawan Jokowi – Gibran, dengan Prabowo.
Ada orang yang ikut dalam pertemuan di Solo yang saya kontak lewat pesan whatsapp. Saya minta komentar tentang pertemuan itu. Dia hanya berkomentar singkat: politik memang lucu.