Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ardi Wirdamulia
Kepala BadiklatDa Partai Demokrat DKI Jakarta

Bekerja sebagai peneliti di lembaga penelitian pemasaran

"Cultural War" dan Kontestasi Politik: Dari Mana Polarisasi Terjadi?

Kompas.com - 06/05/2023, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Misalnya, Anies di Jakarta diberi label sebagai antek khalifah. Nanti dia akan bikin Jakarta bersyariah, katanya.

Ini tentu adalah ekspresi ketakutan dan kebencian dari orang-orang yang merasa akan didominasi oleh nilai-nilai Islam. Mereka yang bilang begitu pasti tidak pernah memeriksa rekam jejak Anies. Namun ini jadi narasi yang mainstream karena cultural war-nya memang ada.

Menuduh lawan politik Anies sebagai orang yang berada di balik isu itu juga tidak adil. Saya belum pernah mendengar Ahok menuduh Anies sebagai antek khalifah.

Sama seperti saya tidak pernah mendengar Prabowo menuduh Jokowi sebagai antek PKI. Karena, sekali lagi, kontestasi politiknya terpisah dengan cultural war.

Yang sangat disayangkan tentunya gagalnya pengelolaan cultural war di tingkat elite politik. Jika saja mereka mau melibatkan diri, maka kita berkesempatan untuk mendapatkan debat yang cerdas.

Saat ini hilang, maka yang kita peroleh adalah debat berkualitas rendah. Perdebatan yang tidak memberikan konsensus melainkan kebencian dan ketakutan. Itulah yang saat ini terjadi dan terus terjadi.

Rendahnya kualitas perdebatan ini juga diamplifikasi oleh hama-hama politik. Mereka yang mendapat uang dari upaya menghubung-hubungkan cultural war dengan kontestasi politik.

Saat orang takut didominasi oleh nilai-nilai Islam, misalnya, dia adalah combatant dalam cultural war. Tidak ada masalah di sini.

Namun pada saat orang bilang jangan pilih Anies karena dia antek khalifah, maka orang itu adalah hama politik. Bicara tanpa fakta untuk menyebarkan kebencian dan ketakutan. 

Sebagai penutup saya ingin meninggalkan beberapa catatan:

Pertama, polarisasi masyarakat bukan disebabkan oleh kontestasi politik, tapi oleh gagalnya kita mengelola cultural war.

Kedua, cultural war dengan kualitas rendah yang berujung merebaknya ujaran kebencian dan fear mongering tidak akan berakhir jika politisi menutup mata terhadap titik-titik tempur cultural war.

Masyarakat akan selalu resah karena tidak punya saluran untuk memperjuangkan kepentingan.

Ketiga, dalam kasus Indonesia di mana para kandidatnya bukan combatant dalam cultural war, mari kita pilah dengan baik antara cultural war dan kontestasi politik. Karena jika tidak, maka yang akan kita konsumsi lebih sering hoax dan fitnah.

Semoga tulisan pendek ini bermanfaat. Tabik!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com