Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Golkar Gencar Bermanuver sebab Dinilai Tak Punya Tradisi Oposisi

Kompas.com - 01/05/2023, 17:31 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Manuver Partai Golkar yang terus mendekati sejumlah partai politik dan berharap tetap bisa berada di dalam pemerintahan usai Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 kelak mempertegas sikap mereka tidak pernah berminat menjadi kelompok oposisi.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menginginkan supaya pihak-pihak yang menjadi pemenang dalam Pemilu 2024 tidak bersikap sapu bersih atau "the winner takes it all."

Airlangga berharap para pemenang Pemilu dan Pilpres 2024 tidak meniru prinsip demokrasi seperti di Amerika Serikat, ketika partai yang unggul dalam Pemilu dan Pilpres menguasai semuanya dan tidak memberikan ruang bagi partai politik pesaingnya.

"Partai Golkar dan Partai Demokrat sepakat bahwa pemilu itu bukan 'the winner takes it all'. Artinya, kita ini kan Indonesia raya, kita bukan seperti Amerika, demokrasi yang kebarat-baratan itu demokrasi yang 'the winner takes it all," kata Airlangga.

Baca juga: Golkar: Kalah Ogah Menanggung, Menang Ingin Ikut

Menurut beberapa pengamat politik, Golkar memang tidak pernah mempunyai kebiasaan atau tradisi menjadi oposisi lantaran sejak didirikan pada 20 Oktober 1964 selalu berada di dalam lingkaran kekuasaan.

"Karena memang Golkar tidak punya tradisi oposisi. Selalu mencari cara atau jalan menjadi bagian dari pemerintahan," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer (IB) Muhammad Qodari saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/5/2023).

Menurut Qodari, meski perolehan kursi Partai Golkar di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak terlampau besar, tetapi sumber daya dan struktur organisasinya diandalkan untuk menjaga stabilitas pemerintahan.

"Selama ini Golkar selalu menjadi bagian dari pemerintahan selain karena memang tidak mau di luar karena juga kursinya konsisten ya, tidak besarlah dalam pemilu, sehingga siapapun yang menjalankan pemerintahan memerlukan Golkar sebagai salah satu pilar stabilitas politik," ucap Qodari.

Baca juga: Bertemu di Rumah SBY, Demokrat-Golkar Bahas Kemunduran Demokrasi

Secara terpisah, peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro juga mengutarakan pendapat yang sama dengan Qodari.

Menurut Bawono, Golkar bukanlah partai politik yang berpengalaman menjadi oposisi.

"Bukan karakter partai ini berada di luar kekuasaan sehingga muncul rasa kecemasan tidak lagi berada dalam lingkaran pemegang kekuasaan pasca Pemilu 2024 mendatang," ujar Bawono.

Bawono menilai saat ini Golkar tengah berupaya keras mencari mitra politik supaya kepentingan mereka bisa ditampung oleh pihak-pihak yang menjadi pemenang Pemilu 2024 kelak.

Baca juga: Airlangga: Golkar dan Demokrat Sepakat, Pemilu Itu Bukan Winner Takes It All

Penyebabnya, kata Bawono, Golkar saat ini belum mempunyai figur yang bisa diandalkan untuk bersaing dalam bursa bakal calon presiden serta bakal calon wakil presiden.

"Inilah problem pelik dihadapi oleh Partai Golkar saat ini. Partai besar, tetapi tidak memiliki figur dengan elektabilitas baik," ujar Bawono.

Tidak siap kalah

Sementara itu, Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi menilai pernyataan Airlangga memperlihatkan Golkar sebagai partai politik besar ternyata tidak siap menjadi pihak yang kalah dalam Pemilu.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com