Sehingga, sejatinya semakin sang aktor politik tidak berbeda kehidupan di depan dan di belakang panggungnya, maka ia akan dapat menjalani kehidupannya dengan nyaman, tanpa perlu menyiapkan topeng senyumnya, ataupun bedak dan gincu yang tebal.
Ia akan tampil apa adanya dalam menghadapi massa dan masyarakat, baik luring maupun daring.
Namun demikian, sejumlah aktor politik, merasa kehidupan pribadinya sangat tidak layak di ekspos. Maka ia harus membedaki dirinya atau menggunakan topeng sedemikian rupa agar ’borok’ wajah dan kehidupan pribadinya tetap di belakang panggung dan tidak diketahui publik.
Apalagi saat-saat menuju digelarnya pesta demokrasi 2024, di mana kesan pertama masyarakat adalah pada tampilan di atas panggung dari aktor politik.
Logikanya, semakin gemerlap dan ’wah’ panggungnya, maka masyarakat umum akan semakin mudah terkesima dan mudah membangun kesan positif terhadap aktor tertentu.
Namun demikian, jangan lupa, di tengah kompetisi demokrasi yang keras, publik seringkali tidak puas hanya melihat panggung depan sang aktor. Mereka akan terus berusaha menelusuri belakang panggung dari sang aktor.
Masyarakat punya rasa ingin tahu, apakah tampilan depan sang aktor sama dengan kehidupan di belakang panggungnya?
Apakah performa di pangung utama hanya pencitraan saja, ataukah memang seiring dan sejalan dengan kehidupan pribadi dan keseharian sang aktor.
Masyarakat tentu sangat menginginkan, aktor politik yang terpilih, baik eksekutif, legislatif maupun judikatif, adalah mereka yang punya integritas.
Mereka tampil apa adanya tanpa berpura-pura. Mereka punya kehidupan yang selaras tanpa topeng, baik di panggung utama maupun di belakang panggung.
Mereka tidak menyiapkan topeng khusus ketika harus tampil di front stage dan tidak perlu menghapus bedaknya ketika ada di belakang panggung. Karena mereka sejatinya berkepribadian tunggal dan berintegritas tinggi.
Salah satu inti edukasi politik tentunya adalah membangun kepribadian yang utuh dan manunggal. Bukan terlarut dan terus menerus membangun citra diri positif di media sosial dengan kegiatan palsu, aksi-aksi penuh skenario, mengundang massa ketika berbuat kebaikan, mengunggah hanya ketika melakukan kegiatan ’mulia’ dan lain-lain.
Aktor jenis ini, berpotensi mengalami kelelahan yang amat sangat (fatigue) untuk menjaga topeng senyumnya di atas panggung, dan menyembunyikan segala kehidupan aslinya di belakang panggung.
Maka, masyarakat dalam hal ini, juga perlu untuk terus menambah literasi politiknya, agar semakin cerdas dalam berdemokrasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.