Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Proyeksi Peta Politik setelah PDI-P Usung Ganjar Pranowo: Akan Ada 2, 3, atau 4 Koalisi?

Kompas.com - 25/04/2023, 14:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Jumat (21/4/2023), menyatakan akan mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden untuk Pemilu Presiden 2024. Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, mengumumkan langsung penunjukan Ganjar ini.

Pertanyaannya kemudian, bakal seperti apa pergerakan bidak politik nasional karena keputusan partai pemenang Pemilu 2019 ini? Dalam tataran praktis, akan ada berapa koalisi pengusung pasangan calon yang berkontestasi di Pemilu Presiden 2024?

"PDI-P punya 128 kursi (di DPR), (tapi) kalau paksakan maju sendiri (tanpa koalisi), berisiko kandidasi belum tentu memenangi kontestasi," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto, dalam percakapan dengan Kompas.com, Minggu (23/4/2023). 

Menurut Gun Gun, langkah PDI-P mengumumkan Ganjar sebagai kandidat yang diusung di Pemilu Presiden 2024 punya efek pada aksi-reaksi dari kekuatan politik lain.

"Ini game changer yang ditunggu dalam lanskap kekuatan politik koalisi kandidasi. Pencapresan Ganjar akan menstimulasi peta koalisi partai-partai," kata Gun Gun.

Sejumlah pengamat berpendapat bahwa dengan melihat kondisi saat ini maka proyeksi realistis peta kontestasi Pemilu Presiden 2024 adalah akan ada tiga koalisi yang bakal mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. 

Namun, ada juga yang menyebut kemungkinan Pemilu Presiden 2024 bakal menghadap-hadapkan dua atau bahkan empat koalisi bisa terjadi. Seperti apa analisis masing-masing?

Basis koalisi

Sebelum masuk ke analisis soal kemungkinan koalisi yang bakal terbentuk untuk Pemilu Presiden 2024, basis pengusungan kandidat kepemimpinan nasional pada 2024 adalah hasil Pemilu Legislatif 2019.

Merujuk Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu), hanya partai politik atau gabungan partai politik dengan perolehan minimal 20 persen kursi DPR atau minimal 25 persen suara pemilu legislatif sebelumnya yang dapat mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Untuk mendapatkan kursi di DPR, partai politik harus mendapatkan minimal 4 persen suara di pemilu legislatif. Jumlah kursi yang ada di DPR hasil Pemilu Legislatif 2019, yaitu 575, dibagikan kepada partai yang lolos batas yang dikenal juga dengan sebutan parliamentary treshold tersebut, berdasarkan perolehan suara dan alokasi kursi di 80 daerah pemilihan (dapil) di 34 provinsi pada saat itu

Dari Pemilu Legislatif 2019, ada sembilan partai politik yang mendapatkan kursi di DPR, yaitu PDI-P, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 

 

Dari data di atas, PDI-P telah memenuhi syarat perolehan minimal kursi DPR untuk dapat mengajukan sendiri pasangan calon presiden dan wakil presiden di Pemilu Presiden 2024. Namun, sejumlah kalangan berkeyakinan partai ini tidak akan mengambil opsi itu.

Hingga tulisan ini tayang, sejumlah geliat pergerakan partai politik sudah terpantau, bahkan sejak sebelum PDI-P menegaskan posisinya akan mengusung calon presiden dalam Pemilu Presiden 2024. Sejumlah wacana dan penyebutan koalisi pun sudah muncul.

Setidaknya sudah ada tiga nama wacana koalisi yang mencuat ke permukaan, yaitu Koalisi Perubahan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan Koalisi Indonesia Raya (KIR).

Koalisi Perubahan mencakup Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat. Adapun KIB mencakup PPP, PAN, dan Partai Golkar. Sementara itu, KIR berisi Gerindra dan PKB. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan menginisiasi memunculkan wacana Koalisi Besar. Dalam wacana ini, koalisi berisi Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PAN, dan PPP.

Penunjukan Ganjar menjadi bakal calon presiden dari PDI-P pun disebut menjadi bagian untuk mendorong partai ini bergabung dalam wacana Koalisi Besar.

Proyeksi realistis: 3 koalisi

Gun Gun memperkirakan Pemilu Presiden 2024 akan berlangsung dua tahap dengan tiga koalisi berkontestasi.

Selain PDI-P dengan Ganjar sebagai bakal calon presiden yang diusung, ujar Gun Gun, ada Anies Baswedan yang sudah jauh-jauh hari dideklarasikan oleh Nasdem sebagai bakal calon presiden-nya. 

Bila Prabowo Subianto masih berkehendak maju lagi menjadi bakal calon presiden di Pemilu Presiden 2024, kata Gun Gun, peta proyeksi tiga koalisi akan terbentuk.

Menurut Gun Gun, proyeksi tiga koalisi hanya akan gugur bila Prabowo bersedia menjadi bakal calon wakil presiden bagi Ganjar. Jika skenario dua koalisi yang terjadi, lanjut dia, wacana Koalisi Besar yang digagas Jokowi justru yang akan mendapatkan momentum.

"(Sebaliknya), bila Prabowo masih maju menjadi bakal calon presiden, sangat mungkin ada tiga poros (di Pemilu Presiden 2024), yaitu Koalisi Perubahan (yang mengusung Anies), koalisi (yang mengusung) Prabowo, dan koalisi (yang mencalonkan) Ganjar," tegas Gun Gun.

Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam, berpendapat poros koalisi makin terang dengan pencapresan Ganjar oleh PDI-P. 

Arif berkeyakinan Poros Perubahan yang saat ini dimotori PKS, Partai Demokrat, dan Partai Nasdem dengan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden tidak akan terdampak oleh pencalonan Ganjar di PDI-P.

"(Proyeksi saya) tiga koalisi. Kalau empat, enggak mungkin. Bila Prabowo dan Ganjar bersatu, kemungkinan jadi dua koalisi, tapi sepertinya sulit ketemu karena sama-sama mau calon presiden," tutur Arif, dalam perbincangan dengan Kompas.com, Senin (24/4/2024).

Arif berpendapat, dinamika besar dan menentukan bakal terjadi di wacana KIB, seturut pencalonan Ganjar ini, yaitu apakah wacana koalisi ini tetap solid atau partai politik di dalamnya akan berjalan sendiri-sendiri.

Dalam bacaan Arif, Partai Golkar akan tetap berada di KIB, sementara PPP dan atau PAN ada kemungkinan merapat ke PDI-P. 

Faktor lain yang juga menentukan pula dalam pembentukan koalisi, lanjut Arif, adalah bakal calon wakil presiden yang diusung untuk melipatgandakan dukungan pemilih. 

"Belum ada (bakal) calon presiden punya elektabilitas meyakinkan, (semua) masih di bawah 30 persen (dalam aneka survei publik). Pilihan bakal calon wakil presiden akan dikalkulasi matang (oleh setiap kemungkinan koalisi)," ujar Arif.

Dari pergerakan nama-nama yang sudah muncul ke publik punya peluang menjadi bakal calon wakil presiden, sebut Arif, Sandiaga Uno yang pamit meninggalkan Partai Gerindra untuk bergabung ke PPP patut dilihat sebagai bagian dari kuda-kuda bagi langkah politiknya. 

"Kalau tidak punya target untuk kekuasaan, hampir mustahil (Sandiaga) keluar dari Gerindra," ujar Arif lugas. 

Bahkan bila Sandiaga berpasangan lagi dengan Prabowo Subianto seperti pada Pemilu Presiden 2019, kata Arif, perpindahan Sandiaga akan menyertakan potensi gerbong suara baru bagi pasangan ini, di luar basis utama yang adalah Partai Gerindra.

"Saat ini yang akan terjadi adalah perubahan tarik menarik (bakal) calon wakil presiden," tegas Arif. 

Selain Sandiaga, Arif menyebut peluang magnet berkekuatan besar untuk bakal calon wakil presiden adalah untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat. 

"AHY punya peluang besar, bargaining tinggi dari internal Koalisi Perubahan, ketua umum partai pula, peluang besar mendampingi Anies," sebut Arif.

Menurut Arif, Prabowo punya banyak opsi bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya dari Koalisi Indonesia Raya (KIR). Di dalamnya antara lain ada Muhaimin Iskandar dari PKB atau bahkan Mahfud MD. 

Adapun soal peluang pendamping bagi Ganjar, ada nama yang mencuat, yaitu Menteri BUMN Erick Thohir dan Sandiaga Uno. Namun, Arif cenderung melihat Ganjar akan condong memilih Sandiaga, terutama bila PPP ikut menjadi gerbong pendukung. 

"Kalau Sandi di-backup PPP, peluangnya lebih kuat dibanding Erick (untuk mendampingi Ganjar), (baik dari) perahu (maupun) logistik," tutur Arif. 

Bila ada dinamika tambahan: 4 koalisi

Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, menyebut kondisi hari ini memberikan proyeksi realistis untuk munculnya tiga koalisi dalam Pemilu Presiden 2024.

"Per hari ini, (kemungkinan akan ada) tiga koalisi. (Namun), kalau ada dinamika tambahan, bisa muncul empat koalisi," ujar Umam, saat berbincang dengan Kompas.com, Senin.

Tiga kemungkinan koalisi itu, ujar Umam, adalah para pengusung bakal calon presiden yang saat ini sudah semakin mengerucut—Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.

"Apakah PDI-P maju sendiri (mengusung pasangan calon), besar kemungkinan tidak. (PDI-P) butuh narasi nasionalisme dan Islam," kata Umam, saat berbincang dengan Kompas.com, Senin.

Umam memperkirakan, PDI-P akan berusaha merangkul partai politik berbasis pemilih Islam. Sasaran yang didekati untuk ini, sebut dia, adalah PKB, PAN, dan PPP.

"(Akan ada koalisi, yang setidaknya berisi) PDI-P plus minimal satu partai politik (berbasis pemilih) Islam," tegas Umam.

Umam pun memperkirakan Prabowo tidak akan berpasangan dengan Ganjar, berdasarkan pernyataan-pernyataan terkini dari Prabowo dan Partai Gerindra selepas pengusungan Ganjar oleh PDI-P.

Dinamika tambahan yang memungkinkan munculnya empat koalisi di Pemilu Presiden 2024, papar Umam, akan berkaitan dengan bakal calon wakil presiden yang diusung Ganjar dan Prabowo. 

Menurut Umam, Ganjar cukup terbuka kemungkinan menarik Sandiaga sebagai bakal calon wakil presidennya. Namun, ada nama Erick Thohir yang juga santer disebut berpeluang mendampingi Ganjar. 

Bila Ganjar memilih Erick Thohir sebagai bakal calon wakil presidennya, kata Umam, Sandiaga bisa saja menjadi entitas baru yang punya kemungkinan menggeret partai-partai politik berbasis massa Islam selain PKS. Meskipun, bisa saja Sandiaga kembali merapat menjadi pasangan Prabowo dengan membawa gerbong PPP sebagai kekuatan tambahan. 

Hanya saja, Umam melihat pula bila Sandiaga kembali berpasangan dengan Prabowo, ada Muhaimin Iskandar dari PKB yang bisa merasa dipermalukan. PKB saat ini merupakan salah satu partai yang bernaung dalam wacana KIR bersama Gerindra. 

"(Soal pendamping Ganjar), sejauh ini yang dibutuhkan PDI-P adalah kekuatan Islam. Kalau mau lihat Islam yang siapa, kemungkinan besar Islam moderat dengan kekuatan (basis) NU," ujar Umam. 

Dengan asumsi itu, pilihan pendamping Ganjar kecil kemungkinan berasal dari PAN. Pilihan yang tertinggal adalah koalisi dengan PKB atau PPP.

Bukan berarti peluang Erick sudah pasti tertutup. Erick masih punya peluang bila dia bisa memenuhi kebutuhan tambahan dukungan yang diperlukan PDI-P dari basis kantong pemilih Islam.

"Tapi, feeling saya, Ganjar-Sandi akan lebih agresif permainannya. Kecuali bila Erick bisa mendapat dukungan PKB, meski berat karena (di PKB) ada Cak Imin (Muhaimin Iskandar)," tutur Umam. 

Satu faktor lain yang tidak kalah patut diperhitungkan untuk membaca proyeksi peta politik menjelang Pemilu Presiden 2024, sebut Umam, adalah Airlangga Hartarto.

Posisi Airlangga sebagai Ketua Umum Partai Golkar, kata Umam, merupakan incaran di internal partai. Karenanya, Umam berpendapat bahwa Airlangga akan berjuang habis-habisan untuk survive.

Bila bersamaan Airlangga dan Muhaimin juga merasa tidak mendapat tawaran yang nyaman dari wacana-wacana koalisi yang ada, Umam berpendapat Partai Golkar dan PKB punya peluang menggabungkan diri menjadi poros tersendiri, di luar poros Anies, Ganjar, dan Prabowo. 

Sasaran bagi wacana koalisi keempat ini bisa jadi bukanlah kemenangan di Pemilu Presiden 2024. Namun, kata Umam, poros ini bisa membangun posisi tawar untuk melimpahkan dukungan suara bagi kandidat yang lolos ke putaran kedua Pemilu Presiden 2024. 

"Mereka punya coat tail effect sendiri (untuk meraup suara di putara pertama Pemilu Presiden 2024). Di putaran kedua (Pemilu Presiden 2024) sudah akan terlihat siapa yang berpotensi menang lebih besar, (mereka) tinggal bergabung (ke yang berpotensi lebih besar menang itu)," papar Umam. 

Meringkas uraian Umam, empat koalisi yang mungkin muncul bila ada dinamika tambahan di samping situasi pada hari ini adalah:

  • PDI-P dengan tambahan dukungan minimal satu partai politik Islam yang mengusung Ganjar sebagai calon presiden.
  • Gerindra dalam wacana KIR, dengan Prabowo sebagai calon presiden
  • Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden
  • Koalisi yang dimotori Sandiaga bila dia tidak dipilih menjadi pasangan Ganjar atau koalisi yang dimotori Partai Golkar dan PKB ketika aspirasi politik dua partai ini tak terakomodasi wacana koalisi lain.

Kemungkinan 2 koalisi, termasuk peluang calon boneka

Umam tidak menutup pula kemungkinan Pemilu Presiden 2024 kembali hanya diikuti dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, seperti pada dua pemilu presiden sebelumnya.

"(Namun), dua koalisi hanya terjadi bila Gerindra dan Prabowo mau menurunkan egonya, membanting harga elektoral dan juga harga diri, untuk bergabung ke PDI-P melawan (koalisi pengusung) Anies," kata Umam. 

Itu pun bila situasinya normal-normal saja. Umam memberikan satu skenario terburuk yang bisa berpeluang terjadi pula, yaitu ketika ada operasi kekuasaan melalui jerat hukum lewat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Misalnya, kata dia memberikan contoh, Anies dinyatakan sebagai tersangka korupsi

"Kalau ini sampai terjadi, semua akan ketakutan dan merapat ke (poros) PDI-P," kata Umam.

Masalahnya, pemilu presiden tidak memungkinkan munculnya pasangan calon tunggal, bahkan dalam skenario terburuk itu. Di sinilah, Umam mengkhawatirkan munculnya pasangan calon yang sebenarnya semata calon boneka.

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Pascaerupsi Gunung Ruang, BPPSDM KP Lakukan “Trauma Healing” bagi Warga Terdampak

Nasional
Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Momen Jokowi Bersimpuh Sambil Makan Pisang Saat Kunjungi Pasar di Sultra

Nasional
Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Jokowi Jelaskan Alasan RI Masih Impor Beras dari Sejumlah Negara

Nasional
Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Nasional
Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Nasional
Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Nasional
Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Nasional
Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Nasional
KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

Nasional
Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Nasional
100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

Nasional
KPU Bantah Lebih dari 16.000 Suara PPP Hilang di Sumut

KPU Bantah Lebih dari 16.000 Suara PPP Hilang di Sumut

Nasional
Tata Kelola Makan Siang Gratis

Tata Kelola Makan Siang Gratis

Nasional
Sandiaga Sebut Pungli di Masjid Istiqlal Segera Ditindak, Disiapkan untuk Kunjungan Paus Fransiskus

Sandiaga Sebut Pungli di Masjid Istiqlal Segera Ditindak, Disiapkan untuk Kunjungan Paus Fransiskus

Nasional
Pakar Ingatkan Jokowi, Pimpinan KPK Tidak Harus dari Kejaksaan dan Polri

Pakar Ingatkan Jokowi, Pimpinan KPK Tidak Harus dari Kejaksaan dan Polri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com