JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad masih memiliki mimpi selepas tak lagi menjadi piminan lembaga rasuah. Mimpi itu adalah munculnya sebuah generasi baru yang jujur, di mana mereka tak lagi mengenal istilah "korupsi".
"Jadi ketika generasi itu datang, saya mungkin sudah 100 tahun, itu kakek-kakek. Kita ketemu generasi itu, kita tanya, 'kamu ada enggak orang yang enggak jujur, yang culas. Ada enggak orang korupsi?'," kata Abraham dalam acara GASPOL! Kompas.com, Rabu (29/3/2023).
"Dia kaget. Justru memandangi kita dan bertanya, 'apa itu korupsi?'," ucap Ketua KPK periode 2011-2015 itu.
"Apakah itu dinosaurus?" lanjut Abraham.
Baca juga: 8 Tahun Berlalu, Abraham Samad Buka-bukaan Skandal Rumah Kaca dan Ambisi Cawapres
Menurut Abraham, membersihkan korupsi di Indonesia bukan perkara mudah. Pasalnya, korupsi sudah terjadi secara merajalela baik di tingkat eksekutif, politisi, hingga dunia usaha.
Saat memimpin KPK, Abraham bersama pimpinan yang lain memprakarsai pendidikan antikorupsi dari level PAUD. Namun, sayangnya, program ini tak berjalan.
"Pendidikan integritas dari PAUD sampai perguruan tinggi. Ada jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang, tapi itu enggak berjalan," ujar Abraham.
Lewat program tersebut, Abraham berharap muncul generasi yang sudah tidak mengenal korupsi pada masa depan.
Baca juga: Abraham Samad: Anas Harus Buktikan, Katanya kalau Korupsi Bakal Digantung di Monas?
Itu artinya, lanjut Samad, pendidikan antikorupsi yang digagas KPK berhasil.
Namun, selepas ia tidak menjabat sebagai ketua KPK, Abraham menilai program itu tidak berjalan dengan maksimal.
Adapun pendidikan antikorupsi dimulai sejak 2011.
Saat itu, Kemdiknas dan KPK sepakat memasukkan pendidikan antikorupsi di semua sekolah pada tahun ajaran 2011.
Kemdiknas dan KPK menerapkan pendidikan antikorupsi di semua jenjang pendidikan formal, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
Rencana tersebut, saat itu disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dan Wakil Ketua KPK Haryono Umar seusai pertemuan di Jakarta, 4 Oktober 2010.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.