Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deklarasi Koalisi Perubahan Berulang Kali Gagal, Urusan Cawapres Anies Diduga Masih Alot

Kompas.com - 24/03/2023, 10:37 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi, menduga, Partai Nasdem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tak kunjung bersepakat soal nama calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies Baswedan.

Itulah mengapa ketiga partai hingga kini tak kunjung meresmikan Koalisi Perubahan, meski kerja sama antara mereka sudah sejak lama direncanakan.

"Kegagalan berulang kali deklarasi Koalisi Perubahan tidak terlepas dari belum solidnya urusan rumah tangga mereka," kata Ari kepada Kompas.com, Jumat (24/3/2023).

"Di internal Koalisi Perubahan pasti belum menyepakati 'calon pengantin' yang akan mendampingi Anies Baswedan di hajatan besar Pilpres 2024," tuturnya.

Baca juga: Empat Bulan sejak Rencana Pertama Batal, Koalisi Perubahan Pendukung Anies Belum Juga Dideklarasikan

Ari menduga, terjadi tarik menarik nama cawapres di internal bakal Koalisi Perubahan. Memang, kepada publik, baik Demokrat maupun PKS mengaku legawa jika bukan kader mereka yang ditunjuk sebagai cawapres Anies.

Namun, Ari yakin, dari gelagatnya Demokrat masih kekeh menginginkan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang jadi calon RI-2.

Sementara, PKS diyakini sulit menerima jika kursi cawapres diberikan ke Demokrat, sedangkan mereka tak mendapat apa-apa.

Di samping itu, Ari menduga, hingga kini belum ada sosok cawapres yang kriterianya sesuai keinginan Anies.

Baca juga: Nasdem Klaim Dukungan 3 Parpol untuk Anies Sudah Bulat, Minta Publik Tak Ragu

"Kalaupun Anies dan Nasdem kelihatan menerima AHY, tentu hanya dijadikan pilihan terakhir andai cawapres potensial lainnya lepas dari genggaman Anies," ujarnya.

Ketimbang AHY, kata Ari, sejumlah nama lain bisa jadi alternatif pendamping Anies. Misalnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, mantan Panglima TNI Andika Perkasa, atau Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar.

Sebab, nama-nama tersebut punya rekam jejak karier di birokrasi ketimbang AHY yang "hanya" berpengalaman di militer dan partai.

"Anies pasti tidak ingin kemenangan semu di berbagai lembaga survei soal elektabilitas AHY dijadikan satu-satunya tolak ukur dalam penentuan cawapres," kata Ari.

Lebih dari itu, Ari melanjutkan, koalisi yang sudah maupun hendak dibentuk saat ini masih sangat mungkin bubar, tak terkecuali Koalisi Perubahan.

Diduga, partai-partai lain masih menantikan langkah PDI Perjuangan mengumumkan jagoan mereka untuk 2024 yang tak kunjung dideklarasikan.

Pasalnya, PDI-P merupakan partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut yang diprediksi mendulang suara tertinggi pada pemilu mendatang. Oleh karenanya, manuver partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu sangat berarti.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Nasional
Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com