JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih menjadi sorotan sepanjang 2022.
Pada tahun ini tercatat terdapat 2 kecelakaan alutsista TNI yang menelan korban jiwa.
Insiden yang melibatkan Alutsista TNI hingga menelan korban jiwa terus menjadi perhatian. Isu tentang modernisasi Alutsista TNI yang sudah uzur juga menjadi sorotan karena perkembangan geopolitik dan kondisi keamanan di kawasan.
Baca juga: TNI AU Hentikan Sementara Operasional T-50i Golden Eagle
Kecelakaan Alutsista yang menyedot perhatian adalah jatuhnya pesawat latih jet supersonik T-50i Golden Eagle TNI Angkatan Udara di Blora, Jawa Tengah, pada 18 Juli 2022 lalu.
Pesawat nahas yang diawaki pilot Lettu Pnb Allan Safitra Indra Wahyudi itu dilaporkan tengah menjalani misi buru sergap malam hari atau tactical night intercept.
Dia lepas landas dari Pangkalan Udara (Lanud) Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur.
Menurut laporan, pesawat itu jatuh di hutan Dewan Nginggil, Kradenan, Blora, Jawa Tengah.
Baca juga: Insiden T-50i Golden Eagle TNI AU yang Berulang dan Sorotan DPR
Almarhmum meninggalkan seorang istri yang dinikahi pada 2021 lalu. Jenazah mendiang dimakamkan di Taman Makam Bahagia TNI AI, Jatisari, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat.
“Kepergiannya meninggalkan seorang istri yang baru dinikahi pada 2021 lalu,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma Indan Gilang Buldansyah dalam keterangan tertulis, Selasa (19/7/2022).
Baca juga: Penyelidikan Jatuhnya Jet T-50i Golden Eagle TNI AU Diharapkan Transparan
Pada 7 September 2022 lalu juga terjadi kecelakaan terhadap Alutsista milik TNI Angkatan Laut.
Pesawat jenis G-36 Bonanza T-2503 yang dioperasikan Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) itu jatuh di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS).
Menurut informasi, pesawat baling-baling bermesin tunggal itu jatuh saat sedang mengikuti latihan ADEX SIAGA ARMADA II.
Baca juga: Pesawat TNI AL Jatuh Saat Latihan Anti-serangan Udara di Selat Madura
Pesawat itu diawaki oleh pilot Lettu Laut (P) Judistira Eka Permady dan co pilot Letda Laut (P) Dendy Kresna Bhakti.
Setelah dicari, pesawat itu ditemukan jatuh di perairan dengan kedalaman 15 meter.
TNI AL mengerahkan 7 Kapal Republik Indonesia (KRI) serta menerjunkan 3 tim penyelam dan 2 tim dari Korps Pasukan Katak (Kopaska) buat membantu proses evakuasi. Kedua awak pesawat itu dinyatakan meninggal dunia.
Baca juga: Jenazah Pilot-Kopilot Pesawat TNI AL Diangkat, Masih Terikat Sabuk Pengaman saat Ditemukan
Pengamat pertahanan sekaligus Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE), Anton Aliabbas, menilai TNI harus terus melakukan evaluasi dan peningkatan kapasitas terhadap Alutsista dan prajurit yang mengawaki.
Sebab jika terjadi kecelakaan dan menelan korban jiwa maka dia menilai TNI amat sangat dirugikan, lantaran harga Alutsista tidak murah dan merogoh kocek dalam untuk biaya buat mendidik prajurit yang mengawakinya.
"Masih terjadinya insiden kecelakaan alutsista yang mengakibatkan prajurit terampil meninggal dunia. Dalam konteks ini, pemeliharaan dan pengecekan terhadap kelaikan alutsista yang digunakan adalah syarat utama yang wajib dipenuhi sebelum digunakan," ucap Anton saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/12/2022).
Anton berharap TNI mengutamakan keselamatan prajurit yang mengawaki Alutsista yang memiliki keterampilan tertentu.
"Sebab kehilangan mereka akibat insiden kecelakaan alutsista adalah bentuk kerugian besar terhadap TNI. Apalagi TNI juga terus berusaha memenuhi program (MEF) Tahap 3," ujar Anton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.