Menurut Yunarto, situasi ini tak lepas dari sejarah Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 yang menghadap-hadapkan Jokowi dengan Prabowo.
Sosok Ganjar kini menjadi yang paling lekat dicitrakan sebagai penerus Jokowi. Sementara, figur yang identik dengan antitesa Jokowi bukan lagi Prabowo, melainkan Anies.
Oleh karenanya, tak heran jika kini dukungan publik mulai menguat ke Ganjar dan Anies.
"Kecenderungan penguasaan wilayah ini mulai mengerucut kepada dua nama," kata Yunarto.
Sementara, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan, menurunnya elektabilitas Prabowo bisa jadi karena Ketua Umum Partai Gerindra itu tak banyak bersinggungan langsung dengan masyarakat.
Prabowo kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan yang lingkup kerjanya sangat spesifik. Sementara, Ganjar merupakan Gubernur Jawa Tengah dan Anies mantan Gubernur DKI Jakarta, sehingga kerja-kerja mereka banyak bersentuhan langsung dengan rakyat.
Selain itu, Burhanuddin menduga, publik menganggap Prabowo merupakan tokoh lama yang sudah berkali-kali tampil di pilpres.
"Karenanya ketika tokoh-tokoh baru mulai bermunculan, terutama Anies karena basis Pak Prabowo dan Anies Baswedan mirip, maka sebagian pendukung Pak Prabowo mulai berpindah, terutama ke Pak Anies Baswedan," kata Burhanuddin dalam tayangan YouTube Indikator Politik Indonesia, Kamis (1/12/2022).
Menanggapi survei tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon tak ambil pusing. Dia mengatakan, survei elektabilitas sejumlah lembaga hanya indikator dan bukan angka pasti.
"Ya, survei-survei ini kan hanya indikator-indikator saja, dan tidak bisa dijadikan pegangan," kata Fadli saat ditemui di Sentul International Convention Center, Jawa Barat, Kamis (1/12/2022).
Baca juga: Survei Charta Politika: Anies Dipilih karena Pintar, Ganjar Merakyat, Prabowo Tegas
Menurut Fadli, situasi pencapresan hingga kini belum jelas. Siapa saja tokoh yang akan maju di pilpres baru akan diketahui mendekati masa pendaftaran capres-cawapres tahun depan.
"Jadi kalau sekarang ini, menurut saya, tidak bisa menjadi indikator apa-apa kecuali popularitas seseorang," ujarnya.
Anggota Komisi I DPR ini mengatakan, Gerindra baru bisa melihat dan menimbang hasil survei jika sudah diputuskan siapa saja calon yang maju pada Pilpres 2024.
Dia pun memastikan, hasil survei tak membuat partainya mengubah keputusan untuk mengusung Prabowo sebagai capres pada pemilu mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.