Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontras Ungkap Ada Anak Jadi Korban Kerangkeng Manusia di Langkat, Dipaksa Kerja Nyaris 24 Jam

Kompas.com - 22/11/2022, 05:11 WIB
Vitorio Mantalean,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang anak berinisial DS disebut turut menjadi korban dari kerangkeng manusia milik Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana Perangin Angin.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) bersama Tim Advokasi Penegakan Hak Asasi Manusia (TAP-HAM) membenarkan bahwa DS turut disiksa dan dieksploitasi sebagaimana korban lain.

Bahkan, DS juga disebut telah dihadirkan untuk bersaksi dalam persidangan persidangan.

"Jumlah total keseluruhan anak, TAP-HAM tidak mendapatkan data secara detail. Dari proses persidangan, TAP-HAM mendapatkan fakta bahwa dalam agenda pemeriksaan saksi terdapat anak korban berinisial DS," kata anggota Divisi Hukum Kontras, Andrie Yunus, kepada Kompas.com pada Senin (21/11/2022) malam.

Baca juga: 4 Terdakwa Kasus Kerangkeng Manusia Dituntut 3 Tahun Penjara, Kontras: Melukai Rasa Keadilan

Andrie mengatakan, DS yang saat ini duduk di bangku kelas XII ini mulanya dititipkan oleh orangtuanya karena diduga menggunakan narkotika.

Kerangkeng manusia milik Terbit Rencana Parangin Angin memang kerap dianggap sebagai tempat rehabilitasi meskipun belakangan terbukti sebagai ajang eksploitasi dan penyiksaan.

"Orangtuanya kemudian menyerahkan DS dengan dengan menandatangani perjanjian di atas materai, mewajibkan 1 tahun 6 bulan," kata Andrie.

"Dan jika terjadi sesuatu seperti sakit atau meninggal dunia maka tanggung jawabnya tidak dibebankan kepada pembina/petugas kerangkeng," ujarnya lagi.

Baca juga: Berkas 8 Tersangka Kerangkeng Bupati Langkat Dinyatakan P21

Disiksa

Investigasi Kontras dan TAP-HAM, juga sebelumnya oleh Komnas HAM, menemukan bahwa korban-korban kerangkeng manusia ini disiksa dengan ragam perlakuan tak manusiawi.

Menurut Andrie, ada semacam prosedur bagi para "anak kereng", sebutan bagi orang-orang yang dikurung di kerangkeng, untuk disiksa selama 1-2 pekan sebagai "masa orientasi".

Naas, DS juga mengalami hal serupa kendati usianya masih anak-anak.

"Bentuk penyiksaan yang mereka alami sama seperti yang dialami korban orang dewasa. Ketika di awal masuk mendapatkan tindak penyiksaan dengan dalih orientasi maupun tindak penyiksaan sebagai penghukuman terhadap penghuni yang kabur atau melarikan diri," kata Andrie.

Baca juga: Kontras Kritik Anak Bupati Langkat Nonaktif Tak Didakwa Pasal TPPO di Kasus Kerangkeng Manusia

Andrie menambahkan, DS pernah mengalami kuku kakinya ditindih dengan kaki kursi yang diduduki petugas. Rambutnya juga digunduli.

"Itu terjadi pada DS ketika kabur. Orangtuanya DS yang mengetahuinya karena kabur, diancam oleh petugas untuk menyerahkan DS kembali," ujar Andrie.

Ketika kembali, DS lagi-lagi disiksa karena dianggap telah berupaya kabur.

Halaman:


Terkini Lainnya

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jamaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jamaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com