Ia lantas mengajak kembali k masa menjelang Pemilu 2019. Kala itu, Ketum Partai Golkar Setya Novanto dan Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham terjerat kasus yang membuat mereka ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Akibatnya, suara Golkar diprediksi akan jatuh bebas. Tetapi, Golkar bisa bangkit.
"Tapi nyatanya Golkar justru runner up perolehan pileg-nya saat ini di Senayan. Itu menunjukkan bahwa Golkar ini adalah partai lama yang mungkin paham betul bagaimana strategi memenangkan pertarungan di detik-detik akhir," paparnya.
Lebih jauh, Adi mengatakan bahwa Golkar punya basis pemilih tradisional. Mengingat mereka adalah 'pemain lama'.
Bahkan, ia menyebut Golkar memiliki 'strong and loyal voter'
"Nah, itu yang kemudian menurut saya sekalipun Golkar disalip Demokrat, dia bisa rebound dan membalik keadaan. Biasanya, kalau sudah jelang-jelang pemilihan," kata Adi.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Demokrat Salip Golkar, PDI-P Tetap Teratas
Meski demikian, Adi menyarankan survei Litbang Kompas terbaru tetap dijadikan masukan bagi Partai Golkar agar berbenah.
Ia mengatakan, Partai Golkar sebaiknya mulai melakukan sosialisasi politik sejak sekarang.
"Karena tingkat kepedulian publik terhadap kerja partai kan sudah dimulai. Itu buktinya ketika dalam survei Litbang Kompas. Misalnya, Demokrat masuk tiga besar menyalip Golkar, sebagai bukti bahwa tingkat penerimaan publik, rekaman publik, penglihatan publik, terkait dengan kerja-kerja Demokrat mulai dilihat, mulai dirasakan," ujarnya.
Sebelumnya, AHY bersyukur elektabilitas partainya naik berdasarkan survei Litbang Kompas. Kenaikan jumlah pemilih ini pun membuat Demokrat menyalip Partai Golkar.
AHY mengatakan, Demokrat makin kokoh sebagai partai papan atas.
"Alhamdulillah, elektabilitas Partai Demokrat kembali naik dari 11,6 persen Juni lalu menjadi 14 persen pada Oktober ini, mengokohkan Partai Demokrat pada posisi papan atas. Saya membaca hasil ini sebagai wujud harapan rakyat terhadap perubahan dan perbaikan," ujar AHY dalam keterangannya, Selasa (25/10/2022).
Baca juga: Egoisme Demokrat dan PKS Ajukan Nama Cawapres Dinilai Jadi Duri Koalisi Nasdem
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.