Adi menjelaskan, Demokrat menyalip Golkar lantaran partai pimpinan Airlangga Hartarto itu belum melakukan sosialisasi politik secara masif.
"Demokrat jangan terlena. Karena survei itu cukup dinamis. Menyalip Golkar ini kan dalam kondisi di mana Golkar sedang tidak melakukan konsolidasi dan sosialisasi politik secara masif seperti yang dilakukan oleh Demokrat," ujar Adi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (25/10/2022).
Adi mengatakan, Demokrat dalam dua tahun terakhir ini aktif dan masif melakukan kampanye politik.
Ia mengungkapkan, Demokrat kerap membuat atribut, baliho, hingga spanduk.
Terlebih, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sering berkunjung ke berbagai daerah untuk melakukan sosialisasi dan konsolidasi partai.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto yang jarang tampil di publik.
Pasalnya, Airlangga saat ini menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sehingga jarang turun ke daerah atas nama ketua umum partai.
"Artinya, itu record terkait dengan apa yang sudah dilakukan oleh Demokrat. Terutama, dengan sosialisasi politik yang dilakukan," katanya.
Menurutnya, partai lama seperti Golkar sering memulai pertarungan di detik-detik akhir.
Ia menilai itu adalah permainan politik Golkar, yakni sudah punya jejaring dan infrastuktur politik.
"Jadi, sekalipun misalnya kalah sama Demokrat, itu Golkar sebenarnya bisa membalikkan keadaan di jelang-jelang akhir pemilihan," ujar Adi.
Adi mengungkapkan, salah satu anatomi kekuatan politik Golkar berada pada caleg saat pileg dilangsungkan.
Ia lantas mengajak kembali k masa menjelang Pemilu 2019. Kala itu, Ketum Partai Golkar Setya Novanto dan Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham terjerat kasus yang membuat mereka ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Akibatnya, suara Golkar diprediksi akan jatuh bebas. Tetapi, Golkar bisa bangkit.
"Tapi nyatanya Golkar justru runner up perolehan pileg-nya saat ini di Senayan. Itu menunjukkan bahwa Golkar ini adalah partai lama yang mungkin paham betul bagaimana strategi memenangkan pertarungan di detik-detik akhir," paparnya.
Bahkan, ia menyebut Golkar memiliki 'strong and loyal voter'
"Nah, itu yang kemudian menurut saya sekalipun Golkar disalip Demokrat, dia bisa rebound dan membalik keadaan. Biasanya, kalau sudah jelang-jelang pemilihan," kata Adi.
Meski demikian, Adi menyarankan survei Litbang Kompas terbaru tetap dijadikan masukan bagi Partai Golkar agar berbenah.
Ia mengatakan, Partai Golkar sebaiknya mulai melakukan sosialisasi politik sejak sekarang.
"Karena tingkat kepedulian publik terhadap kerja partai kan sudah dimulai. Itu buktinya ketika dalam survei Litbang Kompas. Misalnya, Demokrat masuk tiga besar menyalip Golkar, sebagai bukti bahwa tingkat penerimaan publik, rekaman publik, penglihatan publik, terkait dengan kerja-kerja Demokrat mulai dilihat, mulai dirasakan," ujarnya.
Sebelumnya, AHY bersyukur elektabilitas partainya naik berdasarkan survei Litbang Kompas. Kenaikan jumlah pemilih ini pun membuat Demokrat menyalip Partai Golkar.
AHY mengatakan, Demokrat makin kokoh sebagai partai papan atas.
"Alhamdulillah, elektabilitas Partai Demokrat kembali naik dari 11,6 persen Juni lalu menjadi 14 persen pada Oktober ini, mengokohkan Partai Demokrat pada posisi papan atas. Saya membaca hasil ini sebagai wujud harapan rakyat terhadap perubahan dan perbaikan," ujar AHY dalam keterangannya, Selasa (25/10/2022).
https://nasional.kompas.com/read/2022/10/26/05404081/pengamat-demokrat-jangan-terlena-golkar-paham-betul-cara-nyalip-balik