Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Ragukan Tudingan Pengaruh Miras dalam Tragedi Kanjuruhan

Kompas.com - 12/10/2022, 19:14 WIB
Vitorio Mantalean,
Aryo Putranto Saptohutomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil investigasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dalam Tragedi Kanjuruhan meragukan ada penonton yang diduga membawa miras ke dalam stadion, saat pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022.

Menurut Komisioner Komnas HAM Mohammad Choirul Anam, dari keterangan para saksi dan korban muncul keraguan soal tudingan penonton dalam pengaruh miras di malam saat peristiwa maut itu terjadi.

"Dia bilang begini, jawabannya analogis. 'Wong beli tiket saja harus parkir (menjadi juru parkir) 3 hari, masa beli minuman yang mahal begitu.' Tolong diartikan sendiri. Itu omongannya begitu. Beli tiket saja (harus) parkir 3 hari apalagi beli itu," dalam jumpa pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Baca juga: Komnas HAM Sebut Miras Ditemukan di Stadion Kanjuruhan Usai Kericuhan Bukan untuk Dikonsumsi

Selain itu, kata Anam, dalam penyelidikan itu juga mengungkap soal penemuan botol kaca berbentuk pipih yang diduga sebagai botol miras di Stadion Kanjuruhan, usai kericuhan yang menewaskan 132 orang.

Dari hasil wawancara dengan sejumlah saksi dan korban terungkap sangat sulit bagi penonton untuk menyelundupkan botol kaca berisi miras ke dalam stadion saat pertandingan berlangsung.

"Mereka bilang, 'ini minum saja kami pakai Aqua botol saja enggak boleh, botol plastik saja enggak boleh, apalagi botol kaca'," ujar Anam.

Anam melanjutkan, dari hasil penyelidikan sementara terkait penemuan 2 dus diduga miras di Stadion Kanjuruhan usai kericuhan ternyata bukan untuk diminum atau dikonsumsi.

Baca juga: Komnas HAM Sebut Miras Ditemukan di Stadion Kanjuruhan Usai Kericuhan Bukan untuk Dikonsumsi

Dia mengatakan, dari hasil penyelidikan yang dilakukan bersama Kepala Biro Dukungan Penegakan HAM, Gatot Ristanto, mereka mengkonfirmasi soal temuan sejumlah botol diduga miras itu kepada Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora).

Sebab, 2 dus berisi botol yang diduga miras itu ditemukan di ruangan Dispora.

"Soal miras yang pertama adalah miras yang 2 dus itu kami juga konfirmasi. Intinya begini, 'Itu bukan untuk diminum pak, itu untuk sesuatu yang lain. Itu sudah dibawa 2 dus sama Labfor, tapi kalau teman-teman Komnas HAM mau tahu yang lebih banyak, ini yang lebih banyak, ayo'," kata Anam.

"Ditunjukkanlah yang lebih banyak itu karena memang produk UMKM untuk sesuatu yang lain dan tidak untuk diminum," ucap Anam.

Anam mengatakan, soal temuan miras itu akan dipaparkan secara rinci dan lengkap dalam laporan akhir tentang Tragedi Kanjuruhan.

Baca juga: Polri Identifikasi Pengguna Miras dan Pelaku Pengerusakan di Stadion Kanjuruhan

"Nanti detailnya kami jelaskan di laporan akhir, dengan fotonya, dengan bukti-buktinya, kita sandingkan buktinya," papar Anam.

Sebelumnya polisi mengklaim menemukan sejumlah botol diduga miras oplosan usai kericuhan di area Stadion Kanjuruhan.

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat itu mengatakan, botol-botol tersebut berjumlah puluhan. Polri menduga miras tersebut adalah miras oplosan berukuran 550 mililiter.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com