Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Tragedi Sepak Bola Saat Hari Kesaktian Pancasila

Kompas.com - 03/10/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Data pemerintah yang dihimpun hingga Minggu (2/10/2022) malam, sebanyak 125 orang tewas. Korban yang mengalami luka-luka akibat peristiwa itu sebanyak 299 orang. Rinciannya, 260 orang luka ringan dan 39 luka berat.

Tragis memang. Konon, jumlah korban menjadi yang terbanyak kedua sepanjang sejarah persepakbolaan dunia.

Pada tanggal Pancasila disaktikan, tragedi lain terjadi tahun ini, yaitu di Lapangan Kanjuruhan Malang. Jika kembali ke masa tahun 1965 dan 1966, beberapa analisis psikologi kultural pernah ditulis terkait pembunuhan masif terhadap kader PKI.

Ada semacam budaya "running amok" di Indonesia, kata beberapa pakar, yang menyebabkan peristiwa 1 Oktober atau Gestok diakhiri dengan cerita pilu berkategori tragis.

Bahkan sebagian pihak menggambarkan reaksi publik saat itu dengan istilah "extermination" alias pemusnahan.

Tentu kali ini kasusnya sangat berbeda. Kasus yang ini terjadi di ranah olahraga. Hanya saja, ada ranah psikologi massa yang gagal dikelola oleh para pihak.

Rasa kecewa atas kekalahan dan kebencian mendalam terhadap lawan, jika dipelihara di dalam batin banyak orang dan tidak dikelola dengan aturan main yang jelas, ujungnya bisa tak baik. Peristiwa malang di Kota Malang ini menjadi contoh nyatanya.

Sebagaimana dikabarkan banyak media, pertandingan kali ini diawali dengan dua surat kepolisian yang ternyata kurang ditanggapi oleh manajemen pertandingan, terutama soal waktu pelaksanaan pertandingan.

Insting polisi nampaknya tak meleset. Perpaduan kekecewaan dan kebencian dipelihara secara kolektif dan memuncak di waktu yang tepat, ujungnya ternyata fatal.

Hari kesaktian Pancasila di tahun ini menjadi hari tragis bagi dunia persepakbolaan nasional, bahkan dunia.

Oleh karena itu, investigasi komprehensif perlu dilakukan oleh otoritas terkait, terutama oleh institusi Kepolisian.

Terutama terkait dengan kepatuhan penyelenggara pada kaidah-kaidah penyelenggaran pertandingan. Karena muncul fakta soal jumlah tiket yang beredar ternyata disinyalir melebihi kapasitas stadion.

Federasi Sepabola Nasional harus menjelaskan kepada publik mengapa penyelenggaraan pertandingan sekelas Arema vs Persebaya bisa dilangsungkan dalam tata kelola yang tidak sesuai dengan aturan main yang ada.

Bahkan jika perlu, federasi perlu diminta pertanggungjawaban sesuai aturan main yang ada, baik secara yuridis formal maupun secara legal organisasional, alias tidak sekadar permintaan maaf, lalu mencari kambing hitam.

Kedua, investigasi mendalam terkait kemungkinan reaksi aparat yang tidak selayaknya alias berlebihan. Publik perlu mengetahui apakah reaksi aparat pengamanan yang menggunakan gas air mata sudah memenuhi kaidah pengamanan yang semestinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com