Meski demikian, serangan hama dan penyakit serta harga kakao yang relatif rendah membuat tren penanaman kakao terus menurun.
Pada 1990-an, setidaknya ada 40 ribu hektar lahan yang digunakan untuk menanam kakao di Pinrang. Namun, kini hanya tersisa 18 ribu hektar.
"Rata-rata petani kakao itu yang tadinya menanam kakao jadi menanam jenis lain yang bisa memberikan kesejahteraan bagi mereka," ucapnya.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Peternakan dan Perkebunan Pemkab Pinrang Jabbar Alu As'ad mengakui bahwa ada persoalan lain selain anjloknya harga kakao di Pinrang.
Pasalnya, pembeli kakao di Pinrang kerap menjadi penentu harga. Akibatnya, petani yang menjual kakao mengikuti permintaan sang pembeli, walau harganya tidak sesuai ekspektasi mereka.
"Sebenarnya persoalan harga ini yang menjadi pekerjaan rumah kita semua. Harusnya kita duduk bersama untuk menentukan harga," ujar Jabbar.
Jabbar menilai, seharusnya semua pihak duduk bersama untuk membahas permasalahan tersebut. Sehingga, baik pedagang maupun petani menerima keputusan harga itu.
Hanya saja, kata Jabbar, pemerintah tidak memiliki kewenangan untuk mengintervensi kebijakan penentuan harga kakao di Pinrang.
"Karena kami kan hanya bermain di budi daya pasca-panen. Panennya itu yang bertemu itu antara pedagang dan petani. Jadi modelnya adalah pedagang datang ke petani untuk membeli. Jadi kami lost di situ. Tapi budi dayanya kami terus memantau," ungkapnya.
Baca juga: 5 Aktivitas di Desa Coklat Bali, Seharian Jadi Petani Kakao
Meski demikian, Jabbar mengatakan, perkembangan pasar cokelat semakin menjanjikan. Pemerintah pun menyambut animo penanaman kakao.
Menurutnya, pihaknya berusaha mendorong warga Pinrang agar mau menanam tanaman kakao.
"Jadi pemerintah menyiapkan apa yang diinginkan masyarakat sehingga animo masyarakat untuk menanam kakao itu bisa kembali," terang Jabbar.
Pihak swasta, dalam hal ini PT Mondelez Indonesia pun kerap mendorong agar masyarakat Pinrang mau membudi dayakan kakao.
Director Sustainability South East Asia Mondelez International Andi Sitti Asmayanti menjelaskan ada program bernama Cocoa Life.
Cocoa Life merupakan program kakao berkelanjutan yang diinisiasi oleh Mondelez International sejak 2012 untuk menyejahterakan petani dan komunitas kakao, serta turut berpartisipasi aktif dalam pelestarian dan pemulihan hutan.