Setelah meminta maaf, Dudung pun meminta prajurit untuk menghentikan kecaman terhadap Effendi.
Dudung mengingatkan agar segenap prajurit TNI AD harus lebih dewasa dalam menghadapi polemik yang ada.
“Sudah cukup. Beliau sudah meminta maaf. Kita harus lebih dewasa. Kita harus lebih legawa,” ucap Dudung.
Dudung mengakui bahwa terdapat perbedaan pendapat antara dirinya dengan Andika. Namun, baginya perbedaan pendapat di tubuh TNI merupakan hal biasa.
Bahkan, perbedaan pendapat juga terjadi ketika panglima TNI masih dijabat Hadi Tjahjanto dengan Andika yang ketika itu masih KSAD. Termasuk perbedaan pendapat antara Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dengan KSAD Jenderal Mulyono.
“Ada isu kalau saya dengan Panglima TNI ada perbedaan pendapat dan sebagainya, itu biasa. Zaman Pak Hadi dengan Pak Andika, Zaman Pak Mulyono dengan Pak Gatot, (perbedaan pendapat) itu biasa,” ungkap dia.
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil: Sikap KSAD Dudung Cermin Tentara Berpolitik, Tidak Profesional
Di samping itu, Dudung mengaku selama ini tetap menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Andika. Bahkan, Dudung berencana dalam waktu dekat akan menemui Andika.
“Kita masih komunikasi. Tidak ada masalah. Nanti dalam waktu dekat saya akan bertemu dengan Panglima,” ungkap Dudung.
Selama polemik pernyataan Effendi mengemuka, Dudung mengungkapkan bahwa Andika meminta dirinya untuk meredam prajurit.
“Koordinasi kita SMS-an dengan beliau agar diredam anggota. Oh siap. Saya sampaikan demikian. Agar anggota tidak liar untuk menanggapi hal-hal yang terlalu, ya istilahnya jangan ditanggapi berlebihan,” kata dia.
Setelah memaafkan Effendi, Dudung masih mendapat kritik dari masyarakat sipil atas dugaan adanya isntruksi ke prajurit untuk mengecam Effendi.
Instruksi tersebut sebagaimana beredarnya rekaman video yang memperlihatkan Dudung meminta jajarannya bereaksi atas pernyataan Effendi.
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai jika reaksi prajurit terhadap Effendi sebagai bentuk spontanitas, hal ini menunjukkan bahwa masih ada prajurit di level bawah yang cenderung impulsif.
Baca juga: Beredar Video KSAD Dudung Perintahkan Prajurit Kecam Effendi Simbolon
Namun, jika kecaman tersebut terbukti ada perintah dari pimpinan level manapun, hal ini tetap memperlihatkan adanya kecenderungan implusifitas di level pimpinan.
Padahal, pimpinan semestinya lebih matang dan terdidik dalam menghadapi polemik.