Mereka juga tengah menunggu hasil genome sequencing yang dilakukan terhadap suspek itu.
"Sekarang sedang di-genome sequence di kita di Kemenkes. Itu saya rasa harusnya dalam sehari dua hari bisa keluar. Karena genome sequence itu butuh sekitar 3 hari sampai 5 hari untuk bisa tahu variannya apa," ucap Budi.
Baca juga: Suspek Cacar Monyet di Indonesia, Kenali Gejala, dan Cara Penularannya
Gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air.
Perbedaan utama antara keduanya adalah cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak.
Pada tahap awal sekitar 1 sampai 3 hari setelah munculnya demam, penderita akan mengalami ruam yang dimulai dari wajah hingga menyebar ke bagian tubuh lain.
Penyakit cacar monyet biasanya berlangsung selama 2 sampai 4 pekan setelah gejala awal terjadi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), cacar monyet telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi di Afrika.
Baca juga: Mencegah Penyebaran Cacar Monyet dengan Riset, Ini Penjelasan BRIN
Menurut Budi, pemerintah sudah mendatangkan 1.500 reagen, cairan, dan perangkat khusus (kit) untuk membantu proses deteksi dan pencegahan penyakit cacar monyet di Indonesia.
Bahkan seluruh Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) di setiap daerah disiapkan untuk melakukan deteksi dini dan uji sampel cacar monyet.
"Jadi sekarang kita mulai melakukan juga di daerah-daerah supaya (deteksi dini) lebih cepat,” kata Budi seperti dikutip dari keterangan pers Kementerian Kesehatan, Kamis (28/7/2022).
Terkait dengan usulan vaksinasi, menurut Budi untuk saat ini vaksin cacar monyet baru tersedia di Amerika Serikat dan Rusia.
Baca juga: 2 Rumah Sakit di Batam Disiapkan sebagai Rujukan Pasien Cacar Monyet
Akan tetapi, kata Budi, vaksin yang tersedia di kedua negara itu juga sebenarnya bukan khusus untuk mencegah infeksi cacar monyet melainkan cacar air.
"Vaksinnya sama dengan vaksin cacar saat masih kecil dahulu yang terakhir diberikan tahun 1974 lalu," ucap Budi.
"Dan vaksinnya beda sama Covid sebab diberi sekali tahan seumur hidup," sambung Budi.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) Wiku Adisasmito dalam keterangan pers secara daring pada Selasa (26/7/2022) mengatakan, pemerintah juga memperluas sosialisasi mengenai penyakit cacar monyet untuk meningkatkan pemahaman masyaakat tentang penyakit tersebut.
Sosialiasi itu khususnya mengenai bagaimana penyakit ini dapat menular, risiko kondisi yang dapat tertular, dan cara terhindar dari penyakit cacar monyet.
Baca juga: IDI Bentuk Satgas, Berikan 5 Rekomendasi Antisipasi Cacar Monyet
"Masyarakat juga selalu diimbau untuk menerapkam pola hidup bersih dan sehat sebagai upaya perlindungan mandiri terhadap potensi penularan penyakit itu," tambah Wiku.
(Penulis : Ardito Ramadhan | Editor : Diamanty Meiliana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.