Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Lagi Suspek Cacar Monyet dan Jurus Penanganan Pemerintah

Kompas.com - 04/08/2022, 17:15 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah 9 orang yang diduga terinfeksi cacar monyet (monkeypox) dinyatakan negatif beberapa waktu lalu, kini kembali muncul kabar ada penduduk yang menjadi suspek penyakit itu.

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, penduduk yang menjadi suspek cacar monyet adalah seorang warga Pati, Jawa Tengah.

Budi mengatakan, seorang suspek tersebut awalnya mengalami gejala demam pada 19 Juli 2022 lalu dibawa ke rumah sakit dua hari kemudian.

Pada 23 Juli 2022, pasien suspek itu menunjukkan gejala cacar di mana muncul bintik-bintik di tubuhnya.

"(Tanggal) 28 kita ambil sampelnya kemudian kita terima tanggal 29, itu yang sekarang sedang dites apakah dia smallpox atau monkeypox. Nanti harusnya dalam 2 hari 3 hari kalau ini keluar," kata Budi di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (4/8/2022).

Baca juga: Satu Warga Jateng Suspek Cacar Monyet, Dinkes Sebutkan Gejala yang Dialami Pasien

Pemerintah patut waspada terhadap cacar monyet karena penyakit itu sudah menyebar di sejumlah negara.

Jika cacar monyet sampai menyebar luas, dikhawatirkan akan menambah beban semua pihak di tengah masa pandemi Covid-19.

Budi mengatakan, hingga kini belum ada temuan kasus positif cacar monyet karena warga tersebut masih berstatus suspek.

"Ini sama dengan yang kemarin kejadian 9 suspek, begitu dites malah ternyata ini bukan monkeypox. Kalau yang 9 sudah bukan suspek," ujar Budi.

Baca juga: Seorang Warga Suspek Cacar Monyet, Kemenkes Tunggu Hasil Genome Sequencing

Menurut Budi, dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen dari sembilan pasien dengan status suspek cacar monyet di Indonesia seluruhnya negatif.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa pada laporan terbaru terdapat satu warga Jawa Tengah yang memiliki gejala cacar monyet.

Pasien tersebut masih berstatus sebagai suspek dan dirawat di salah satu rumah sakit di Jawa Tengah.

"Masih suspek dan dalam pemeriksaan lanjutan," kata Syahril kepada Kompas.com, Rabu (3/8/2022).

Baca juga: Pasien di Jateng Masih Berstatus Suspek Cacar Monyet, Ganjar Meminta Masyarakat Tidak Panik

Dilacak

Budi mengatakan, Kemenkes melakukan pelacakan (tracing) setelah mendapat laporan dugaan suspek cacar monyet di Pati.

"Sudah ditelusuri dan yang lainya sudah kita ambil serum darahnya ya, kontak eratnya. Karena ini kan harus dengan kontak menularnya," kata Budi.

Mereka juga tengah menunggu hasil genome sequencing yang dilakukan terhadap suspek itu.

"Sekarang sedang di-genome sequence di kita di Kemenkes. Itu saya rasa harusnya dalam sehari dua hari bisa keluar. Karena genome sequence itu butuh sekitar 3 hari sampai 5 hari untuk bisa tahu variannya apa," ucap Budi.

Baca juga: Suspek Cacar Monyet di Indonesia, Kenali Gejala, dan Cara Penularannya

Gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air.

Perbedaan utama antara keduanya adalah cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak.

Pada tahap awal sekitar 1 sampai 3 hari setelah munculnya demam, penderita akan mengalami ruam yang dimulai dari wajah hingga menyebar ke bagian tubuh lain.

Penyakit cacar monyet biasanya berlangsung selama 2 sampai 4 pekan setelah gejala awal terjadi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), cacar monyet telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi di Afrika.

Baca juga: Mencegah Penyebaran Cacar Monyet dengan Riset, Ini Penjelasan BRIN

Siapkan laboratorium hingga reagen

Menurut Budi, pemerintah sudah mendatangkan 1.500 reagen, cairan, dan perangkat khusus (kit) untuk membantu proses deteksi dan pencegahan penyakit cacar monyet di Indonesia.

Bahkan seluruh Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) di setiap daerah disiapkan untuk melakukan deteksi dini dan uji sampel cacar monyet.

"Jadi sekarang kita mulai melakukan juga di daerah-daerah supaya (deteksi dini) lebih cepat,” kata Budi seperti dikutip dari keterangan pers Kementerian Kesehatan, Kamis (28/7/2022).

Terkait dengan usulan vaksinasi, menurut Budi untuk saat ini vaksin cacar monyet baru tersedia di Amerika Serikat dan Rusia.

Baca juga: 2 Rumah Sakit di Batam Disiapkan sebagai Rujukan Pasien Cacar Monyet

Akan tetapi, kata Budi, vaksin yang tersedia di kedua negara itu juga sebenarnya bukan khusus untuk mencegah infeksi cacar monyet melainkan cacar air.

"Vaksinnya sama dengan vaksin cacar saat masih kecil dahulu yang terakhir diberikan tahun 1974 lalu," ucap Budi.

"Dan vaksinnya beda sama Covid sebab diberi sekali tahan seumur hidup," sambung Budi.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) Wiku Adisasmito dalam keterangan pers secara daring pada Selasa (26/7/2022) mengatakan, pemerintah juga memperluas sosialisasi mengenai penyakit cacar monyet untuk meningkatkan pemahaman masyaakat tentang penyakit tersebut.

Sosialiasi itu khususnya mengenai bagaimana penyakit ini dapat menular, risiko kondisi yang dapat tertular, dan cara terhindar dari penyakit cacar monyet.

Baca juga: IDI Bentuk Satgas, Berikan 5 Rekomendasi Antisipasi Cacar Monyet

"Masyarakat juga selalu diimbau untuk menerapkam pola hidup bersih dan sehat sebagai upaya perlindungan mandiri terhadap potensi penularan penyakit itu," tambah Wiku.

(Penulis : Ardito Ramadhan | Editor : Diamanty Meiliana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celcius pada Puncak Haji

Menag Minta Jemaah Jaga Kesehatan, Suhu Bisa Capai 50 Derajat Celcius pada Puncak Haji

Nasional
Tinjau Pasar Baru di Karawang, Jokowi: Harga Cabai, Bawang, Beras Sudah Turun

Tinjau Pasar Baru di Karawang, Jokowi: Harga Cabai, Bawang, Beras Sudah Turun

Nasional
KPK Sebut Eks Dirut Taspen Kosasih Rekomendasikan Investasi Rp 1 T

KPK Sebut Eks Dirut Taspen Kosasih Rekomendasikan Investasi Rp 1 T

Nasional
Hakim MK Tegur Kuasa Hukum KPU karena Tidak Rapi Menulis Dokumen

Hakim MK Tegur Kuasa Hukum KPU karena Tidak Rapi Menulis Dokumen

Nasional
Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Jokowi Tanggapi Santai soal Fotonya yang Tak Terpasang di Kantor PDI-P Sumut

Nasional
Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Cuaca di Arab Saudi 40 Derajat, Jemaah Haji Diminta Jaga Kesehatan

Nasional
 Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Saksi Ungkap Direktorat di Kementan Wajib Patungan untuk Kebutuhan SYL

Nasional
Pertamina Patra Niaga Akan Tetap Salurkan Pertalite sesuai Penugasan Pemerintah

Pertamina Patra Niaga Akan Tetap Salurkan Pertalite sesuai Penugasan Pemerintah

Nasional
Menteri KKP Targetkan Tambak di Karawang Hasilkan 10.000 Ikan Nila Salin Per Tahun

Menteri KKP Targetkan Tambak di Karawang Hasilkan 10.000 Ikan Nila Salin Per Tahun

Nasional
KPK Percaya Diri Gugatan Praperadilan Karutan Sendiri Ditolak Hakim

KPK Percaya Diri Gugatan Praperadilan Karutan Sendiri Ditolak Hakim

Nasional
Soal Kasus Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, KPK Diminta Evaluasi Teknis OTT

Soal Kasus Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, KPK Diminta Evaluasi Teknis OTT

Nasional
Kaesang Didorong Maju Pilkada Bekasi, Jokowi: Tanyakan PSI, itu Urusan Partai

Kaesang Didorong Maju Pilkada Bekasi, Jokowi: Tanyakan PSI, itu Urusan Partai

Nasional
Mahfud Khawatir Korupsi Makin Banyak jika Kementerian Bertambah

Mahfud Khawatir Korupsi Makin Banyak jika Kementerian Bertambah

Nasional
Persiapan Operasional Haji 2024, 437 Petugas Diterbangkan ke Arab Saudi

Persiapan Operasional Haji 2024, 437 Petugas Diterbangkan ke Arab Saudi

Nasional
Jokowi Tegaskan Jadwal Pilkada Tak Dimajukan, Tetap November 2024

Jokowi Tegaskan Jadwal Pilkada Tak Dimajukan, Tetap November 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com