Ini menempatkan Airlangga di urutan kesembilan, satu peringkat di bawah Puan Maharani.
Melihat ini, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, elektabilitas Airlangga tak cukup besar untuk dicalonkan sebagai presiden di Pemilu 2024.
Jika Golkar memaksakan diri mengusung Airlangga sebagai capres lewat KIB, bukan tidak mungkin keutuhan koalisi Golkar, PAN, dan PPP itu goyah.
"Pencapresan Airlangga sendiri tentu akan dihadapkan pada tantangan elektabilitas individu yang masih terbatas," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (3/8/2022).
"Jika pencapresan Airlangga dipaksakan, hal itu akan berdampak pada soliditas KIB sendiri," tuturnya.
Menurut Umam, partai papan tengah seperti PAN dan PPP kurang berani memainkan strategi politik yang spekulatif.
Keduanya cenderung berpihak pada koalisi yang mengusung capres dan cawapres dengan kemungkinan menang lebih besar.
Sebab, jika capres-cawapres yang diusung KIB tidak kompetitif, PAN dan PPP yang suaranya tak seberapa tidak akan mendapatkan coat-tail effect atau efek ekor jas optimal di pilpres.
Akibatnya, eksistensi mereka di panggung politik ke depan akan surut.
"Ini berpotensi membuat mereka terdegradasi dari parliamentary threshold (ambang batas parlemen) 4 persen yang menghantui mereka, khususnya PAN dan PPP," ujar Umam.
Lebih lanjut, Umam memandang, pernyataan Bamsoet soal pencapresan Airlangga mengindikasikan masih kuatnya dinamika di internal partai berlambang beringin itu.
Sebagaimana diketahui, internal Golkar dihuni oleh banyak gerbong politik yang tidak tunggal. Akibatnya, masing-masing kekuatan akan saling mengintai dan saling serang.
Menurut Umam, pernyataan Bamsoet merupakan bagian dari strategi untuk mengunci langkah Airlangga.
"Jika akhirnya Airlangga salah langkah, hal itu akan menjadi celah bagi Bamsoet untuk mengkudeta kepemimpinan Airlangga. Karena itu kubu Airlangga harus mengantisipasi kondisi ini," kata dosen Universitas Paramadina itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.